Ig : @Anantapio26_
Vote yauw heuheu
Laisa terpaku melihat sesuatu yang baru menampakkan diri di depan matanya. Kemudian senyumnya mengembang sempurna dan terlihat begitu senang. Hewan seperti bola berbulu itu keluar dari rumahnya yang berada di dalam kotak kandang.
"Lucu banget," puji Laisa takjub sekaligus gemas. Tiga hewan berbulu halus di hadapannya terlihat bergerak-gerak malas.
Jari Laisa masuk ke dalam celah kandang stainless. Lalu bergerak untuk mengelusnya.
Seorang penjaga toko menghampirinya. "Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan sopan pada Laisa. Sedangkan gadis itu malah menoleh ke arah Nanta.
Lain halnya dengan Nanta yang berharap kalau Laisa mengatakan bahwa ia menginginkan hewan bola berbulu itu. Tapi harapannya pupus saat Laisa malah menggelengkan kepalanya.
"Mau lihat-lihat dulu, Mbak," ujar Laisa.
Karyawan penjaga toko itu mengangguk kemudian berlalu.
"Kamu suka?" tanya Nanta ikut menyentuh hewan berbulu itu.
Laisa mengangguk. "Banget," utaranya.
"Kalo gitu, ini buat kamu. Jadi kalo kangen sama aku, kamu peluk aja dia," ujar Nanta.
"Kenapa nggak peluk kamu aja?" tanya Laisa menatap Nanta. Laki-laki yang tengah ditatapnya itu malah tertawa pelan kemudian merangkul bahunya.
"Beda, La."
"Bedanya?"
"Setidaknya kamu bisa peluk dia pas aku nggak ada."
"Emang kamu mau ke mana?"
"Nggak ke mana-mana." Nanta menatap Laisa dengan teduh. Kemudian perhatiannya kembali teralihkan pada suara lembut dari anak kucing di depannya.
Nanta menegakkan tubuhnya dan kembali memanggil karyawan penjaga toko tadi. "Mbak, saya pilih yang ini, katanya dia suka," ujarnya.
"Baik, tunggu sebentar, ya," ujar mbak-mbak tadi dan berlalu dengan membawa kucing tadi.
Setelah semuanya selesai. Laisa keluar dari toko hewan dengan mengenakan tas ransel pet yang menggantung di bahunya. Tiga ekor kucing yang Nanta belikan untuknya terlihat begitu tenang ikut bersamanya.
"Ini anak kita, ya, Nan," ujar Laisa sontak membuat Nanta terbahak. Laisa pun ikut terpingkal karena ucapannya.
"Hush, jangan aneh-aneh. Itu ada emak sama bapaknya," kata Nanta kembali meraih tangan Laisa untuk menggandengnya. Debaran keras kembali menghempaskan jantungnya.
"Oh iya, tadi kamu bilang. Kamu mau bawa aku ke tempat di mana kita cuma berdua. Kok kamu malah bawa aku ke pet shop?" tanya Laisa menagih janji Nanta.
Nanta mengusap tengkuknya. "La-lain kali aja, ya? Kalo untuk sekarang aku udah lelah," jawabnya jujur.
Laisa mengangguk mengerti. "Iya. Nggak apa-apa." Ia tersenyum menatap wajah pucat Nanta, meski dokter sudah mengijinkan Nanta untuk kembali beraktivitas seperti biasa.
"Oh iya, satu lagi. Kapan kamu kembali ke sekolah?" tanya Laisa. Iya, ini sudah satu bulan lebih Nanta tidak masuk sekolah karena kesehatannya harus selalu di bawah pantauan para dokter.
Nanta mengedik. "Nggak tau. Tadi pagi hasil uji labnya belum keluar. Aku harap, sih Minggu depan udah mulai bisa sekolah," jawabnya.
Langkah mereka terus beriring menapaki trotoar jalanan. Terus berayun di bawah pancaran temaram lampu jalan yang menjulang tinggi. Laisa mengangkat satu kakinya untuk menaiki tepi bahu trotoar yang agak tinggi. Sedangkan Nanta ikut memegang tangan gadisnya agar seimbang.
![](https://img.wattpad.com/cover/219462314-288-k859244.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AXIOMATIC (END)
Dla nastolatków(HARAP FOLLOW PENULISNYA TERLEBIH DAHULU) (Prequel of Kisah Tentang Ananta'S) Ini tentang laki-laki kaku dengan perasaannya yang kelu. Juga tentang cemburu dan rindu yang memaksa untuk menyatu padu. Tentang sajak dan alunan kisah. Pun tentang perjua...