Ig: @Anantapio26_
Nona,
Kau pasti tahu rasanya jatuh
Kau pasti tahu rasanya hilang kemudian ditemukan
Kau pasti tahu dari seribu rasa yang selalu beranak-pinak di dalam benakkuMemenuhi dadaku
Membuat sesak napasku
Aku harap kau tahu tanpa harus mencari tahuKarena tempe itu makanan kesukaan Arya
Laisa terkekeh mendengar kalimat terakhir yang Nanta katakan dalam rekamannya. Di dalam kelas ia pun tertawa sendiri. Ternyata selera humornya hanya sebatas itu.
"Lo kenapa, Ca?" tanya Putri khawatir.
"Coba, deh, Put. Lo dengerin puisi Nanta." Laisa menyodorkan satu airpods-nya pada Putri. Kemudian memutar rekaman suara tadi dan Putri menyimaknya.
Tidak lama kemudian tawa gilanya memenuhi seluruh sudut ruang, membuat banyak pasang mata menoleh ke arahnya. Ia pun memukul-mukul meja saking terpingkal. Sedangkan Laisa terdiam melihat cara tawa Putri yang mengejutkan.
"Bagus, bagus, bagus!" Putri masih terbahak. "Itu puisi kalo dimasukin ke lomba di bulan bahasa pasti menang! Menangis! HAHAHA!"
"PUTRI KAMPRET!"
Putri berhenti tertawa. Kemudian menoleh ke arah Laisa. "Maaf, maaf. Hehehe." Kedua jarinya terangkat. "Peace," katanya.
Ini jam pelajaran terakhir dan satu jam sebelum bel pulang, semua guru harus mengikuti rapat tanpa terkecuali. Laisa sudah tidak memedulikan Putri lagi dan mengedarkan pandangannya ke kelas seberang. Di mana ada Nanta tengah duduk tenang di bangku semen panjang, kedua tangannya melingkari lutut, dan berhadapan langsung dengan Renaldi. Teman-temannya yang lain tidak ada yang keluar dari kelas, karena sempat dihimbau untuk tetap berada di dalam kelas.
"Gue mau samperin doi dulu," ijin Laisa sebelum meninggalkan Putri. Sedangkan Putri malah mendengus.
"Pak Ketua," panggil Laisa pada si ketua kelas yang diberi amanah untuk menjaga teman-temannya agar tidak keluar kelas.
"Iya," sahut laki-laki bertubuh jangkung dan tegap dengan warna kulit sawo matang. Memang pantas untuk menjadi ketua kelas.
"Gue ijin keluar. Ada urusan," jelas Laisa.
"Oke. Lima menit!"
"Siap!" Laisa mengarahkan dua ibu jarinya pada di ketua kelas kemudian berlalu.
Terdengar samar-samar obrolan antara Renaldi dan Nanta.
"Saya tetap nggak bisa."
"Kenapa? Padahal ini kesempatan buat lo."
"Ini namanya nggak adil. Saya yang nggak minat malah kamu tarik untuk jadi anggota. Giliran yang minat, malah kamu tolak mereka."
Renaldi sesaat terdiam. Menatap Nanta dengan pandangan lurusnya.
"Ayolah, Nan. Nggak ada ruginya, kok."
"Mereka yang kamu tolak yang merasa rugi."
"Oke. Sekarang mau lo apa?"
"Nggak ada yang saya mau dari kamu. Cukup sampai di sini kamu memaksa saya."
"Gue denger lo masuk ke ekskul Pramuka. Kenapa? Karena ada cewek lo?"
"Saya nggak masuk ke mana-mana."
Renaldi berdecih. "Bohong banget. Kalo jurnalistik?"
"Karena memang minat saya ada di sana."
"Ah, bohong."
![](https://img.wattpad.com/cover/219462314-288-k859244.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AXIOMATIC (END)
Novela Juvenil(HARAP FOLLOW PENULISNYA TERLEBIH DAHULU) (Prequel of Kisah Tentang Ananta'S) Ini tentang laki-laki kaku dengan perasaannya yang kelu. Juga tentang cemburu dan rindu yang memaksa untuk menyatu padu. Tentang sajak dan alunan kisah. Pun tentang perjua...