Ig: @Anantapio26_
Yang dilakukannya sejak tadi hanya duduk bersandar pada bangku tribun penonton. Untuk ke sekian kalinya ia menghela napas berat. Di tengah hatinya yang sedang gelisah, Nanta memilih untuk membolos sekolah hari ini. Tak peduli dengan semua yang sudah Bapak korbankan agar dirinya bisa masuk ke sekolah favorit ini.
Ia bangkit dari duduknya. Namun, ada satu uluran tangan yang membuatnya harus duduk kembali. Dimas, sahabatnya itu duduk di bangku sebelahnya.
"Siapa yang bikin lo kayak gini?" tanya Dimas tanpa basa-basi.
"Entah." Nanta mengedikkan bahunya. Ia pun tidak tahu siapa mereka. Segerombolan orang yang mengeroyoknya dengan menggunakan topeng.
"Paling orang suruhan Jonathan," celetuk Bobi entah muncul dari mana. Tapi Nanta tidak memedulikan hal itu.
"Kalian nggak masuk ke kelas?" tanya Nanta mengalihkan pembicaraan.
"Gimana mau masuk kelas? Lo aja kayak begini," sahut Arya.
"Kok saya?" Nanta mengernyit heran.
Arya nampak menghela napas dengan kesal.
"Kalo emang Jonathan pelakunya, kita nggak bisa biarin ini semua. Dia udah ngelanggar perjanjian," ujar Dimas.
Bobi mengepalkan tangannya. "Bangsat memang!" geramnya meninju bahu Dimas dengan tenaganya yang tidak bisa dikatakan pelan.
"Yang ditonjok nggak gue juga, Anjing!" kesal Dimas.
Nanta berdecak. Lalu bangkit dan menuruni tangga tribun. Langkahnya menghampiri kolam renang. Ia pun sudah bersiap untuk melepas seragam sekolahnya dan menceburkan diri ke kolam.
Tatapan Bobi tidak lepas dari tubuh Nanta yang nampak jauh dari kata baik-baik saja. Pucat dengan lebam biru yang pasti cukup menyakitkan baginya. Apalagi terlihat jelas terdapat banyak bekas luka dari beberapa selang pulmonalis yang yang harus tetap terpasang.
"Nan, kita bisa bantu lo buat nyelesaiin masalah ini," seru Bobi menghampiri.
Nanta menoleh. Dirinya yang sudah siap menceburkan diri ke dalam kolam membalikkan tubuhnya untuk menatap Bobi. "Thanks, ya. Tapi saya nggak mau memperpanjang masalahnya." Ia menepuk-nepuk bahu Bobi.
"Ini nggak bisa dibiarin, Nan!" seru Dimas cepat. Ia pun ikut menghampiri Nanta.
"Biar nanti kita pikirin. Sekarang renang dulu," putus Nanta. Lantas tersenyum tipis. Ia pun segera menceburkan diri ke dalam kolam. Ah, rasanya ia sudah sangat lama tidak hidup seperti ini. Bebas seperti paus di samudra luas.
Cukup lama ia menyelam. Rupanya teman-temannya yang lain pun ikut menceburkan diri ke dalam kolam setelah melepas pakaiannya. Dilihat dari wajahnya, mereka seperti tidak tahan untuk berdiam diri di tepian kolam.
Arya menoleh ke arah pintu besar yang terbuka lebar. Khawatir jika peristiwa saat Pak Santoso memergokinya terjadi lagi.
"Kebanyakan mikir, lo!"
BYUR!!!
Bobi berhasil menarik tangan Arya untuk ikut mencebur ke dalam kolam. Kekesalan Arya mereda saat Dimas menantangnya untuk adu kecepatan renang.
Tidak hanya Arya yang menerima tantangan tersebut. Nanta dan Bobi pun ikut unjuk diri untuk menerima tantangan itu. Dalam hitungan ketiga mereka sudah bersiap. Dan... BYUR!!! Mereka berusaha untuk lebih dulu menggapai garis finish.
Namun, sial! Kehadiran Pak Santoso menggagalkan semuanya. Keempat anak itu pun segera menepi.
"Kalian lagi, kalian lagi. Saya hafal wajah kalian!" omel pria tua itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AXIOMATIC (END)
Ficțiune adolescenți(HARAP FOLLOW PENULISNYA TERLEBIH DAHULU) (Prequel of Kisah Tentang Ananta'S) Ini tentang laki-laki kaku dengan perasaannya yang kelu. Juga tentang cemburu dan rindu yang memaksa untuk menyatu padu. Tentang sajak dan alunan kisah. Pun tentang perjua...