AX 19 - Really Real

342 60 40
                                    

Ig : @Anantapio26_

Btw ini part dewasa. Bocil harap minggir dulu wkwkw

Oh iya, vote, comments and share, jangan lupa yauw :v

Kedua bola mata Dimas rasanya begitu pegal saat harus melihat kelakuan sahabatnya yang terus mondar-mandir dengan ponsel menempel di telinganya.

"Iya, Yah. Sebentar lagi Arya pulang. Ini lagi di rumah sakit. Jengukin temen," suara Arya yang sedang memberi alasan kuat untuk ayahnya.

Arya terlihat mendesah pasrah. Ayahnya kali ini sedang tidak bisa diajak kompromi. Matanya mengedar pada keempat sahabatnya. Baiklah, mereka sudah menjadi sahabatnya. Iya! Ananta, Laisa, Putri, dan jelas Dimas yang memang sudah ada bersamanya sejak sekolah menengah pertama.

Usai berbincang dengan sang ayah, Arya menjatuhkan tubuhnya di atas bangsal. Tepat di samping Nanta.

"Bapak gue. Minta gue buat cepet-cepet balik," ujar Arya menghela kesal.

"Ya udah, yuk. Gampang. Besok kita bisa ke sini lagi," putus Dimas mulai beranjak dari duduknya.

Arya menoleh ke arah Nanta yang sedang duduk santai menyandarkan punggungnya pada kepala bangsal. "Cepet sembuh, ya. Biar kita bisa jahatin lo," ujarnya mengusak rambut Nanta.

Nanta menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia pun terkekeh kecil hanya karena ujaran Arya.

"Iya. Bener apa kata Arya," sambung Dimas tangannya mulai usil mencolek pipi Nanta.

"Udah, sana balik. Ntar keburu malem yang ada," balas Nanta mengibas-ibaskan tangannya.

"Yeuh, ngusir!" Tanpa segan Arya bangkit dan menoyor kepala Nanta.

Sialan. Nanta tertawa.

"Cepet sembuh ya, Nan. Maaf kita ke sini nggak bawa apa-apa," ucap Putri dengan suara lembutnya.

"Iya, santai aja," balas Nanta.

"Santai aja, asal bawa Laisa, Nanta udah seneng, kok," timpal Arya.

Nanta melirik ke arah Laisa yang tengah tersenyum dengan pipinya yang kemerah-merahan. Gadis itu nampak tersipu hanya karena candaan Arya.

"Kalian duluan aja. Gue mau ngomong sebentar sama Nanta," ujar Laisa.

"Cieee!" sorak Arya begitu norak.

"Jomblo syirik nih, ya!" maki Putri meledek Arya. Cowok itu seketika berdecak sebal.

"Makanya, biar gue nggak jomblo lo harus jadi pacar gue," balas Arya tidak memedulikan Dimas.

"Dih, ogah!" tolak Putri mentah-mentah.

"Yeuh, maksa lo!" timpal Dimas.

Sedangkan Arya kembali berceloteh, "Ini namanya usaha."

"Ck. Ya udah, kita saingan!" sahut Dimas menantang.

"Oke," balas Arya tertantang.

"Udah! Cukup! Kalian tuh, ya!" lerai Putri kepada dua anak manusia yang tidak mau berhenti berdebat.

"Oke, Put. Mending lo pulang sama gue," ujar Arya tidak menerima penolakan dan langsung menarik tangan Putri untuk keluar.

Dimas di tempatnya geleng-geleng kepala. "Nggak waras tuh bocah," gumamnya terheran-heran.

Laisa tertawa. "Gitu-gitu juga temen lo, kan."

"Nah iya. Untung temen," gumam Dimas lagi. "Ya udah, lah. Gue pamit, ya. Gue tunggu lo di lobi," ujarnya lagi sebelum memutuskan untuk ikut keluar menyusul Arya dan Putri.

AXIOMATIC (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang