AX 32 - I'm Yours

229 42 18
                                        

Ig : @Anantapio26_

Laisa memegang saku rok abu-abunya saat merasakan ponselnya bergetar. Ia melemparkan tatapan pada guru wanita tegas yang sedang menerangkan materi pelajaran hari ini. Putri kemudian meliriknya dengan penuh tanda tanya di rautnya.

Aman. Setelah mengawasi guru itu yang kebetulan sedang menunduk menatap buku materi ajarannya yang tebal, Laisa membuka satu pesan yang masuk dan pesan itu dari Nanta.

Pukul 9 aku tunggu di gerbang sekolah.

Isi pesan singkat itu membuat Laisa mendelik tidak percaya. Nanta benar-benar datang ke sekolah. Bagaimana bisa? Apa laki-laki itu tidak memikirkan resikonya jika ketahuan wali kesiswaan bidang kedisiplinan?

Lima belas menit lagi. Laisa menunggunya dengan perasaan gelisah.

Sedangkan Nanta tengah melenggang santai menuju bangunan pos di dekat gerbang. Masker dan jaket denim berwarna biru laut menutupi tubuhnya.

"Permisi, Pak."

"Iya. Ada yang bisa saya bantu?"

"Saya mau bertemu dengan Laisa Puti Andrean dari kelas 10 IPS 1."

"Dengan siapa?"

Nanta berpikir sejenak. Tidak mungkin jika dirinya mengatakan bahwa ia Ananta Sadewa. Ia tidak ingin bermasalah dengan wali kedisplinan. "Rangga. Sepupunya. Mau ada satu hal yang ingin saya sampaikan."

Rindu, tambahnya dalam hati.

"Ya sudah. Tunggu dulu di sini."

Nanta mengangguk. Seiring dengan satpam muda itu berlalu, ia hanya berdiri di samping tembok pagar, persis seperti penculik yang sedang mengumpat dari kejaran warga.

Sisa waktu pelajaran hanya tinggal lima menit lagi. Namun Laisa harus mendongakkan kepalanya saat namanya merasa terpanggil oleh seorang satpam yang mengatakan bahwa sepupunya sedang mencarinya.

Ah, pasti ini hanya akal-akalan Nanta saja. Ia menunggu waktu dengan sabar sampai pelajaran itu berakhir. Tanpa menunggu waktu lama lagi ia beranjak menuju di mana Nanta sedang menunggunya sekarang.

"Pak, Rangga di mana?" Rasanya Laisa sedang menjadi Cinta yang mencari-cari sosok Rangga.

"Di sana, Neng. Tadi disuruh masuk malah nggak mau."

"Makasih, Pak."

Laisa segera melesat melewati pagar tinggi yang hanya terbuka sedikit.

"Nanta," panggilnya memastikan pada cowok yang tubuhnya dibungkus jaket, lengkap dengan masker berwarna hitam menutupi separuh wajahnya. Ia sedang duduk di bangku halte.

Nanta menoleh dan benar saja. Laki-laki itu membuka maskernya dan menampakkan selang oksigen di sepasang lubang hidungnya. Kemudian bangkit dan mendekat.

"Kok kamu nekad banget, sih?" omel Laisa.

"Aku udah nggak sakit."

Laisa mendesis sebal. Nanta tidak pandai berbohong kenapa selalu bertingkah menjadi pembohong. "Ada apa?"

"Ada yang mau aku sampaikan langsung."

"Apa?"

"Rindu."

Laisa membisu. Ia mendadak kelu. "Cuma itu?" Ia berusaha untuk melawan rasa gugup karena debar jantungnya.

"Sebenernya ada banyak."

"Apa?"

"Mau aku persingkat atau aku perjelas?"

"Apanya?"

AXIOMATIC (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang