Ig: @Anantapio26_
Happy reading :)
Masa-masa mengerikan bagi seorang Ananta Sadewa atau pun murid-murid lainnya sudah terlewati. Kini dirinya sudah dapat muncul ke permukaan karena ulah Arya yang memenjaranya untuk tetap fokus belajar agar nilai semasa SMA dapat terselamatkan. Ah, betapa bergunanya seorang Arya si penyuka tempe goreng dengan sambal teri. Sekarang tibalah saat-saat yang paling ditunggu bagi semua pelajar, liburan. Tepatnya study tour yang akan dilaksanakan selepas lomba class meeting.
"Lo serius nggak mau ikut study tour?" tanya Arya sekali lagi. Ia sudah berhasil membujuk Dimas untuk ikut, tapi membujuk Nanta masih harus mengeluarkan tenaga lebih.
"Ayolah, Nan." Dimas ikut-ikutan. Padahal manusia di depannya terlihat begitu tidak peduli dan tetap pada pendiriannya yang teguh, tidak mau ikut!
"Nan. Plisss." Arya mulai kembali mengemis. Sedangkan Nanta justru asyik memetik gitar akustiknya.
"Nan, gue bayarin, deh." Ucapan itu tidak membuahkan hasil.
Dimas berdecak pasrah. "Beneran kita bayarin, Nan." Sia-sia. Nanta terlihat tidak tertarik sama sekali.
"Laisa juga ikut. Serius lo nggak mau ikut?"
Nanta masih diam. Memetik gitarnya.
"Otak lo abis diperes. Lo nggak mau jernihin lagi?"
Nanta melirik kedua sahabatnya. Sebelum kembali memetik gitarnya dengan pelan. "Oke, deh," putusnya sontak membuat kedua sahabatnya langsung kegirangan.
"Nah, gitu kek dari kemaren-kemaren," seru Arya.
"Nggak ada salahnya nyoba," balas Nanta.
"Itung-itung bawa kabur Laisa," bisik Dimas.
Nanta mengangguk. Ada satu rencananya yang tidak boleh lolos.
🐟🐟🐟
Hari itu tiba. Jejeran bus sudah terlihat jelas di pelataran luas sekolahnya. Dimulai dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas pun diperbolehkan untuk ikut.
"Lo serius cuma bawa segini barang?" tanya Arya tidak percaya melihat Nanta yang hanya menenteng daypack berukuran 35 liter.
"Kenapa memangnya? Kurang kecil?" balas Nanta tidak bisa menerima ekspresi sekaligus pertanyaan sahabatnya. Karena baginya, Arya terlalu mengatur-atur keputusannya.
Arya berdecak.
"Cuma bawa kaos sama celana dalem doang dia," sambar Dimas sontak membuat beberapa orang di sekitarnya menatapnya dengan aneh. Ada yang tertawa, ada pula yang penuh tanya.
"Nggak usah buka kartu juga kali," sambar seseorang.
Informasi yang terpampang jelas di papan mading mengenai pembagian tempat duduk di bus membuat Arya bersorak gembira, tidak dapat dipungkiri pula Nanta tersenyum melihatnya. Akhirnya ia bisa satu bus dengan gadisnya, kelas 10 IPA 5 dengan 10 IPS 1 digabung. Lagi pula jumlah murid dalam satu kelas tidak lebih dari 20 siswa.
Tepat pukul tujuh malam, seluruhnya sudah harus siap berada di dalam bus. Untuk pengecekkan dan lainnya. Sialnya, Laisa mendapat bagian tempat duduk paling depan dan dirinya berada di paling belakang. Memang rata-rata seperti itu, jika laki-laki memilih untuk duduk nyaman di belakang dan membuat kebisingan sedangkan perempuan hanya diam menikmati asyiknya perjalanan dengan tertidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
AXIOMATIC (END)
Fiksi Remaja(HARAP FOLLOW PENULISNYA TERLEBIH DAHULU) (Prequel of Kisah Tentang Ananta'S) Ini tentang laki-laki kaku dengan perasaannya yang kelu. Juga tentang cemburu dan rindu yang memaksa untuk menyatu padu. Tentang sajak dan alunan kisah. Pun tentang perjua...