Ig : @Anantapio26_
Astor doain, yang vote, komen dan share semoga ganteng-ganteng + cantik-cantik. Aamiin :)
Kedua tangannya tenggelam ke dalam jaket denim berwarna hitamnya, lengkap dengan masker yang menutupi setengah wajahnya. Langkahnya terus menyusuri lorong koridor yang mulai ramai karena bel masuk akan berbunyi sepuluh menit lagi. Dua tas menenteng di bahunya, satu tas terisi penuh oleh benda yang begitu wajib ia bawa dan satunya lagi terisi oleh buku pelajaran dan alat-alatnya yang lain.
Ia masuk ke kelas, berbarengan dengan langkahnya menuju bangkunya, puluhan pasang mata dari teman-temannya terfokuskan padanya. Nanta berhasil menarik perhatian teman-temannya. Tapi ia berusaha untuk tetap mengabaikan tatapan-tatapan itu dan lebih memilih untuk mengarahkan pandangannya pada seorang gadis yang menutup tubuhnya menggunakan hoodie lengkap dengan maskernya.
Siapapun dapat menerka rasa pilu yang dirasakan oleh gadis itu.
Nanta duduk di bangkunya, tak lama kemudian Dimas dan Arya datang menghampirinya.
"Hi, my bro!" seru Arya seperti biasa. Tangannya terangkat untuk bersalaman ala brothership.
Nanta menerima uluran tangan itu. "Hallo, man," balasnya kemudian bergantian pada Dimas.
"Lo maksain buat sekolah?" tanya Dimas.
Nanta mengangguk.
"Harusnya jangan dulu lah, Nan. Daripada nanti makin parah."
"Saya cuma mau nengok Laisa. Gimana keadaannya?"
"Ya gitu. Kayak mayat hidup," jawab Arya tanpa pikir panjang.
Plak!
Membuat Dimas tanpa segan memukul kepalanya. Arya meringis sambil mengelus-elus kepala satu-satunya.
"Lo bisa liat sendiri, Nan." Tatapan Dimas tertuju pada Laisa. Gadis yang kini tengah dikerubungi oleh awan hitam.
Nanta sudah tahu itu. Pesan-pesan dan panggilan yang berpuluh-puluh kali membuat ponsel itu bergetar tak pernah ia balas pasti membuat Laisa semakin merasa tak karuan.
"Udah tiga hari lebih dia kayak gitu. Sejak lo nggak masuk sekolah," jelas Dimas lagi.
Nanta mendesah berat. Seolah semesta tengah menudingnya sebagai laki-laki jahat. Tapi memang bukan kah benar, jika malaikat pun akan murka pada laki-laki yang berani membuat seorang gadis menangis?
Bel masuk sebentar lagi akan berbunyi lalu disusul dengan guru piket yang akan mengajar di kelasnya. Nanta menunggu waktu itu sampai istirahat tiba. Kemudian membawa Laisa pergi dari tempat ini, pergi dari bumi atau mungkin bersembunyi di Point Nemo. Di mana tidak ada satu orang pun yang akan menemuinya.
***
Dimas yang duduk di sebelahnya melirik saat ia menyodorkan secarik kertas kepadanya. Sejenak ia membaca tulisan singkat itu.
"Kenapa nggak lo aja?" tanya Dimas membisik.
"Terlalu makan waktu," jawab Nanta masuk akal untuk beralasan memanfaatkan waktu istirahat.
Guru piket yang sedari pagi berada di ruang kelasnya mulai beranjak usai memberi salam.
"Saya tunggu di tribun gor kolam renang," ujar Nanta langsung berlalu begitu saja.
Dimas mengangguk. Ia menurut untuk memberikan secarik kertas itu pada Laisa. Bersama Arya ia berlalu menuju kelas itu.
Gadis yang kini tengah menunduk menyalin materi pelajaran dari papan tulis ke buku catatannya harus mengangkat wajahnya saat secarik kertas muncul di depannya. Dimas yang memberikan kertas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AXIOMATIC (END)
Teen Fiction(HARAP FOLLOW PENULISNYA TERLEBIH DAHULU) (Prequel of Kisah Tentang Ananta'S) Ini tentang laki-laki kaku dengan perasaannya yang kelu. Juga tentang cemburu dan rindu yang memaksa untuk menyatu padu. Tentang sajak dan alunan kisah. Pun tentang perjua...