HAIIII selamat datang lagi di cerita AGRIO!
YUKKK pastiin kalian udah vote sebelum membaca cerita ini!
Selamat membaca, enjoyy!
🎈🎈🎈
Havana sedang menikmati burgernya sendirian. Hari ini hari Sabtu. Banyak hal yang ingin ia lakukan. Salah satunya merawat diri.
Tadi pagi ia sudah pergi ke salon. Merubah gaya rambutnya dan kini ia berhenti di tempat makan ketika dirinya sudah merasa lapar.
Havana menghela napasnya melihat bangku di hadapannya yang kosong. Ia mendecak. Menyedihkan sekali di tempat seramai ini ia malah merasa kesepian.
"Havana?"
Havana mendongak dan reflek nafsu makannya langsung menghilang. Ia merubah pandangannya menjadi sangat datar melihat siapa yang kini berada di hadapannya.
"Havana? Ini benar kamu kan?"
Havana mendecak. Ia berdiri dan siap meninggalkan orang itu namun tangannya ditahan. Havana menepis dengan kasar tangan orang yang menahannya.
"Havana, kenapa kamu seperti ini sama Papa?"
Havana mendecih menatap pria di hadapannya.
"Saya gak kenal sama anda,"
Havana baru melangkahkan kakinya namun lagi dan lagi langkahnya ditahan oleh pria tersebut. Havana kembali menepis dengan kasar.
"Ini Papa Nak,"
Havana mendecih. "Saya gak pernah punya Papa,"
Havana melangkahkan kakinya. Ia mematung saat tiba-tiba dirinya dipeluk dari belakang oleh pria yang mengaku sebagai Papanya tadi.
Havana merasakan matanya langsung berkaca-kaca. Ia memberontak dengan kasar namun pelukan itu tak kunjung terlepas.
"Lepas!" ucapnya keras namun tak kunjung dilepas.
"Maafin Papa, Havana,"
"Lepas!"
Havana bahkan tak peduli tatapan pengunjung kini menatap drama antara dirinya dan pria itu. Ia sibuk melepaskan diri walau seperti sia-sia.
"LEPASIN DIA DASAR MESUM!"
Havana melongo saat pelukan itu terlepas berbarengan dengan pria yang mengaku sebagai Papanya terjatuh dengan tangan yang langsung memegang pipi kirinya.
Havana mengerjapkan matanya saat menatap perempuan yang kini berada di hadapannya. Melindungi dirinya dan menatap begis pada pria itu.
"BAPAK KALAU MAU MESUM LIAT TEMPAT DONG! MALU SAMA DEDEK-DEDEK DI SINI!"
Havana mengerjapkan matanya. Bingung menatap gadis yang sedang melindunginya. Secara tiba-tiba gadis itu membalikkan badannya dan menarik tangan dirinya untuk mengikuti gadis itu.
Havana hanya terdiam dengan langkah yang terus terseret mengikuti langkah gadis di hadapannya.
Mereka berhenti di parkiran mobil. Salah satu pria yang lengkap dengan jas mendekati keduanya.
"Nona tidak apa-apa?"
Gadis di hadapannya menggeleng. Havana kembali mengerutkan keningnya.
"Tinggalin aku sama dia Jer. Kamu bisa pulang,"
Pria berjas itu mengangguk lalu meninggalkan Havana bersama gadis itu.
Gadis itu berbalik dan menatap khawatir pada Havana.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGRIO
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Agrio, keturunan ke empat Surendra yang memiliki sifat yang berbeda dengan Papi, Opa, maupun pendahulu Surendra sebelumnya. Kalau dulu Opa dan Papinya adalah pemimpin geng yang brandal, kali ini Agrio ialah lelaki yang...