HAIIIIII selamat datang lagi di cerita AGRIO!
YUKKK vote sebelum membaca cerita ini...
Selamat membaca, enjoy!!
🎈🎈🎈
Agrio berjalan lesu saat sampai di tempat duduknya. Keempat temannya saling berpandangan menatap Agrio dengan heran.
"Kenapa lo?" tanya Gavriel.
Agrio menggeleng pelan. Ia menatap keempat temannya.
"Gue brengsek banget ya?"
Keempat temannya terkejut. Agrio tidak pernah membahas soal perempuan. Bahkan kemarin ketika lelaki itu dengan terang-terangan melakukan aksi yang mengklaim Havana miliknya saja mereka tidak berani bertanya. Lebih memilih tidak ikut campur pada masalah Agrio.
"Lo mau gue jujur?" tanya Fawwaz.
Agrio mengangguk. Fawwaz menghela napasnya lalu mengangguk.
"Lo permainin dua cewek sekaligus. Bukan salah lo sih kalau oleng pas El balik. Tapi setidaknya lo harus tegas sama diri lo, sama hati lo. Siapa yang lo pilih sebenernya,"
Agrio menunduk lesu. "Gue kangen sama El. Tapi gue gak mau lepas Havana,"
"Itu bener brengsek namanya," jawab Awan.
Kunto menggeplak Awan. "Yang bener aja lo,"
Awan mendengus. "Serius. Kalau gak bisa pertahanin salah satu, ya lepas aja keduanya,"
Gavriel mengangguk setuju. "Sekarang gue tanya sama lo. Sanggupan mana, lo ngelihat El sama cowok lain atau Havana sama cowok lain?"
Agrio diam. Membayangkan Havana berada di pelukan laki-laki lain. Membayangkan Havana mencium lelaki lain seperti gadis itu tadi lakukan padanya. Membayangkan Havana tersenyum karena lelaki lain sukses membuat Agrio mengetatkan rahangnya. Jemarinya dikepal.
"Woah, sabar Gri. Gue cuma suruh lo bayangin aja. Jangan emosi beneran," ucap Gavriel melihat perubahan emosi pada Agrio.
Agrio mengerjapkan matanya menatap keempat temannya. Gavriel menepuk pundak Agrio.
"Siapapun yang ada di otak lo sekarang, dia jawabannya,"
🎈🎈🎈
Agrio memberikan tisunya pada Eliana. Gadis itu menghubungi Agrio. Meminta Agrio menemuinya.
Agrio memang belum bertemu Eliana sejak gadis itu dipermalukan oleh Havana. Setelah Havana pergi, Agrio langsung menyusul Havana. Agrio kini hanya bisa menghela napasnya lelah.
"Kamu... beneran sayang sama dia Gri?"
Agrio terdiam. Dia membuang tatapannya dari mata Eliana. Agrio tidak tahu harus menjawab apa.
Ya. Dia menyayangi Havana. Tetapi ia tidak ingin membuat Eliana terluka.
"Kenapa diem Gri?"
Agrio mengepalkan tangannya. Ia menghembuskan napasnya.
"Agrio kenapa diem? Kamu anggap selama ini aku apa?! Kamu ngekhianatin aku?"
Agrio langsung berdiri. Ia menatap Eliana dengan tatapan tak percaya. Oke, emosinya berhasil terpancing keluar.
"Ngekhianatin? Coba ulang kata-kata kamu? Kita udah lama putus El! Kamu sendiri yang putusin aku!"
Agrio mengepalkan tangannya. Ia menahan hatinya yang langsung melemah begitu Eliana berkaca-kaca. Agrio tidak boleh kalah. Ia tidak ingin terus di perbudak perasaan oleh Eliana.

KAMU SEDANG MEMBACA
AGRIO
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Agrio, keturunan ke empat Surendra yang memiliki sifat yang berbeda dengan Papi, Opa, maupun pendahulu Surendra sebelumnya. Kalau dulu Opa dan Papinya adalah pemimpin geng yang brandal, kali ini Agrio ialah lelaki yang...