18

20.1K 1.7K 257
                                    

HAIII selamat datang lagi di cerita AGRIO!!

YUKK vote dan commentnya diserbuuu

Selamat membaca, enjoy!

🎈🎈🎈

Havana meminum jusnya dengan tenang. Kini ia bersama dengan Agria dan kedua sahabatnya di kantin. Jam istirahat memang selalu membuat kantin ramai. Namun entah kenapa siang ini suasana kantin tidak begitu ramai.

"Gue jadi penasaran, yang mana sih orangnya?" tanya Liza.

Agria menggeleng pelan. "Mendingan gak usah tau daripada berhubungan sama cewek kayak dia,"

"Lo kok kesel banget sama dia Ya?"

Havana ikut menoleh saat mendengar pertanyaan Ijah pada Agria. Agria mendengus kemudian menelan batagornya.

"Gimana gak kesel kalau dia jadi alasan kembaran gue berubah bertahun-tahun. Dulu Agrio tuh orang paling ramah, hangat, penyayang,"

"Sekarang aja jadi sadis karena ditinggalin si perempuan ular itu!"

Havana menghela napasnya. "Apapun itu dia masih kembaran lo,"

Agria mengangguk malas. "Sayangnya begitu. Kalau gue bisa teriak di kuping Agrio, gue bakal teriakin dia buat milih lo Hav. Gila kali kalau dia milih si El,"

Havana diam. "Gue gak akan balik lagi sama dia Ya,"

Agria menggeleng cepat. "Lo pasti akan balik sama dia. Agrio cuma butuh waktu buat sadar kalau yang sebenarnya di hatinya itu lo, bukan El,"

"Agrio keliatan sayang sama El," ucap Ijah dengan dagu menunjuk ke satu arah.

Keempatnya menatap Agrio yang kini makan bersama dengan Eliana. Agrio tampak menyuapi gadis itu membuat Agria mendecak.

"Pencitraan itu," gumam Agria meyakinkan Havana.

Havana menggelengkan kepalanya. "Lo sebagai kembarannya harus dukung apapun keputusan dia Ya,"

Agria menghela napas jengah. "Iya kalau keputusannya benar. Kalau salah ngapain gue dukung,"

"Balik sama Eliana itu keputusan paling salah. Agrio buta sama rasa kangennya. Padahal dia udah disakitin habis-habisan,"

"Kalau aja Papi bisa nasihatin dia, pasti gue udah minta Papi ngomong ke dia,"

Havana menghela napasnya. "Ya udah biarin aja,"

Havana menoleh saat dirinya dipanggil. Ia mengerutkan keningnya menatap lelaki yang berdiri menjulang di sampingnya.

"Siapa?" bisik Havana pada Liza.

Liza menghela napasnya. Kebiasaan Havana yang tidak mengenal dan mengingat lelaki di sekolahnya.

Lelaki itu tersenyum. Ia menyodorkan sebatang coklat.

"Juandra. Anak futsal angkatan kita,"

Havana diam. Ia jujur tidak mengenal lelaki di hadapannya.

"Wajar kalau lo gak kenal. Kita gak pernah satu sekolah,"

Lelaki itu menggoyangkan coklat yang ada di tangannya. "Diterima gak nih?"

"WOW HAVANA DAPET COKLAT DARI COWOK!"

Havana menoleh terkejut pada Agria yang seperti sengaja meneriakkan itu. Terbukti pada seisi kantin yang kini menatap mereka. Termasuk Agrio yang kini menatapnya. Tatapan mereka bertemu. Mata lelaki itu menajam. Seakan tidak menyukai interaksi Havana dan lelaki di hadapannya.

Havana menghela napasnya. Havana berdiri. Membuat dirinya dan Juan saling berhadapan. Menjadi tontonan satu kantin.

Ia tersenyum dan mengambil coklat itu.

AGRIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang