54

23.2K 1.6K 366
                                    

HALOO, udah nungguin banget yaa? Hari ini Agrio update lagiii!!

YUKKK VOTE DULU SEBELUM MEMBACA!

Selamat membaca, enjooyyy!!

🎈🎈🎈

"Dokter Havana keliatan ceria hari ini,"

Havana yang sedang tersenyum pada layar komputernya menoleh. Ia terkekeh pelan lalu menggeleng.

"Ada berapa pasien hari ini?" tanya Havana.

"Hari ini cuma visit aja Dok," ucap perawat itu.

Havana mengangguk. Ia memandang kembali layar komputernya yang menampilkan hasil ronsen salah satu pasiennya.

"Tolong bilangin sama Dokter Ina, saya kirim berkas ronsen pasien VIP nomor 3 ke beliau ya,"

Perawat itu mengangguk lalu keluar dari ruangan Havana. Havana menyandarkan tubuhnya. Ponselnya berdering membuat Havana menoleh dan mengambil ponselnya. Ia tersenyum melihat nama pemanggil yang masih sama seperti beberapa tahun lalu. Nama yang belakangan ini sudah tak pernah muncul lagi. Tanpa pikir panjang, Havana langsung mengangkatnya.

"Hai," ucap Havana. Gadis itu menggigit bibirnya menahan senyuman yang terus semakin mengembang.

"Kamu selesai jam berapa?"

Havana melirik jam tangannya. "Aku ada visit sebentar. Paling jam 5 udah selesai. Kenapa?"

"Aku mau ajak kamu makan malem bareng,"

Havana berusaha keras menahan senyumnya yang padahal sia-sia. "Kamu mau jemput atau gimana?"

"Boleh,"

Havana mengangguk. "Nanti sebelum pergi, kita ke kamar Liza dulu ya!" ajak Havana.

Agrio terkekeh di ujung sana. "Kamu semangat banget,"

Pintu ruangan terbuka memunculkan Dokter Mario yang melangkah masuk sembari tersenyum.

"Dokter Havana, sibuk?"

"Siapa tuh?" tanya Agrio dari ujung sana.

Havana berdiri. Tanpa mematikan panggilannya dengan Agrio ia tersenyum tipis. Mengangguk dengan sopan.

"Dokter Mario," sapanya. "Saya sebentar lagi mau visit, kenapa Dok?"

Dokter Mario melangkah menuju Havana. "Selesai jam berapa?"

"Jam 5 mungkin Dok," jawab Havana.

Dokter Mario mengangguk. "Kalau begitu, bisa kan makan malam sama saya?"

"Havana, itu siapa?" tanya Agrio lagi dengan suara kesal.

Havana menahan senyumnya mendengar nada cemburu dari Agrio. Ia menatap Dokter Mario di hadapannya.

"Maaf Dok, saya sudah ada janji," balas Havana.

"Janji sama siapa?"

Havana menunjukkan layar ponselnya yang masih tersambung panggilan dengan Agrio.

"Pacar saya,"

🎈🎈🎈

Agrio tersenyum. Ia melangkahkan kakinya memasuki rumah sakit dengan sebuket bunga di tangannya meskipun ia tahu Havana bukan tipe yang pencinta bunga. Gadis itu mungkin lebih senang dibawakan rendang dibanding sebuket bunga.

Agrio tampil rapi dengan setelan jasnya, yang memang karena ia juga baru saja pulang dari kantornya dan langsung melaju ke rumah sakit tanpa pulang terlebih dahulu.

AGRIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang