30

19.6K 1.6K 235
                                    

HALOOO selamat datang di cerita AGRIO!

Gak berasa ini udah bab 30 ajaa... siapin tisu yuk!

YUKK vote sebelum membaca cerita ini!

Selamat membaca, enjooooooyyy

🎈🎈🎈

Havana mematut dirinya di cermin lalu tersenyum tipis. Havana memandang dirinya sendiri. Seragamnya sudah tidak terlalu seketat dulu namun tetap saja ketat. Rambutnya sudah ia kembalikan ke warna coklat alami seperti aslinya. Havana menghela napasnya. Besok adalah hari pernikahan Mamanya. Memang acaranya digelar mewah karena calon Ayah tirinya itu merupakan seorang dokter juga yang merangkap menjadi kepala rumah sakit tempat Mamanya bekerja.

Havana sudah pernah bertemu sekali dengan calon Ayahnya itu. Menyenangkan, Havana suka dengan senyum tulus pria paruh baya itu. Om Henri, panggilan Havana untuk calon Ayahnya itu memiliki satu anak perempuan yang berumur tujuh tahun lebih tua dari Havana dan menjadi dokter spesialis anak di rumah sakit itu. Melinda namanya.

Sejauh ini Havana menyukai calon keluarga barunya. Melinda adalah sosok Kakak yang ramah. Setidaknya cukup untuk mengobati rasa rindu Havana pada Hasna. Hubungannya dengan Melinda juga cukup dekat. Kemarin Havana sudah sempat berkunjung ke rumah sakit tempat Mama, Om Henri, dan Melinda bekerja. Melawan sedikit traumanya.

Hubungan Havana dan Agrio tidak ada kemajuan. Ia dan Agrio masih saling menghindari. Keduanya bahkan jarang bertemu di sekolah. Kalaupun bertemu, keduanya pasti akan saling diam tanpa menoleh dan menyapa.

Havana menghela napasnya sekali lagi lalu tersenyum pada cermin. Ia menganggukkan kepalanya.

"Ayo Havana semangat!"

Havana keluar dari kamarnya. Ketika ia menuruni tangga ia terdiam menatap Juan yang sudah berdiri di ruang tamunya dengan Mamanya yang tersenyum menyambut lelaki itu. Seharusnya Havana sudah tidak heran. Juan sudah melakukan ini sejak dua hari yang lalu. Mengantar dan menjemputnya dengan motor besar lelaki itu.

"Nah akhirnya Havananya turun. Hav ini loh teman kamu udah nunggu dari tadi,"

Havana melanjutkan langkahnya. Ia mengangguk dan mendekati Mamanya dan Juan. Havana mencium tangan Mamanya.

"Havana pergi dulu,"

Mamanya mengangguk dan tersenyum. Wanita paruh baya itu menatap Juan dengan senyuman. "Titip ya,"

Juan mengangguk dan berjalan duluan. Havana mengikutinya namun langkah gadis itu terhenti. Ia membalikkan tubuhnya menatap Mamanya. Ia tersenyum kecil dan melangkah menuju Mamanya. Memeluk Mamanya dengan erat sampai wanita paruh baya itu terkejut.

"Havana-"

"Havana sayang Mama," potong Havana saat Mamanya ingin mengucapkan sesuatu.

Mamanya membalas pelukan Havana dengan erat. "Mama juga sayang kamu. Udah sana nanti kamu terlambat,"

Havana terkekeh lalu mengangguk. Melepas pelukannya dan tersenyum.

"Havana pamit ya,"

🎈🎈🎈

Havana mengucek sebelah matanya yang gatal. Ia mendecak saat dirinya tertabrak seseorang. Havana langsung diam ketika melihat Agrio berada di hadapannya. Lelaki itu menatap datar padanya.

Havana akui, rasa sesak itu masih ada. Rasa sesak melepas lelaki di hadapannya. Rasa rindu yang lebih serta rasa sayang yang masih meluap untuk lelaki di hadapannya.

Agrio melangkah melewatinya namun Havana keburu menahan lelaki itu membuat Agrio menoleh menatap Havana dengan terkejut.

"Sebentar aja. Gue mau ngasih tau lo tapi gue lupa bawa undangannya,"

AGRIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang