YEAY selamat datang di cerita AGRIO!
YUKK pastiin kalian udah vote sebelum membaca ceritanya!!
Selamat membaca, enjoooooooyy....
🎈🎈🎈
"Kenapa muka lo kusut banget?"
Agrio mendongak dan menggeleng melihat Agria yang mendorong tiang pengait infusnya mendekati dirinya. Gadis itu akhirnya mengambil duduk di samping dirinya.
"Kenapa?" tanya Agria lagi.
"Lo tau kalau Havana berniat donorin jantungnya ke lo?" tanya Agrio.
Agria diam. Diamnya Agria tanpa ada keterkejutan di matanya sudah cukup menjelaskan pada Agrio kalau gadis itu tahu. Agrio tertawa sumbang.
"Lo tahu, atau jangan-jangan lo punya niat yang sama?"
Agria masih terdiam. Ia menunduk tak berani menatap Agrio. Lelaki itu kini berdiri dan memandang Agria dengan tatapan tak percayanya.
"Ada apa sih sama kalian berdua? Apa yang kalian pikirin sebenernya?"
Agrio menarik napasnya. "Lo sama Havana mau buat gue milih salah satu di antara kalian? Gitu?"
Agrio mengacak rambutnya kesal. "Gue berjuang sama Papi Ya buat cari pendonor buat lo, begitu juga gue minta Papi bantuin buat cari pendonor untuk Havana,"
"Selalu gue usaha sama Papi, tapi ini pemikiran kalian? Berusaha berkorban satu sama lain dan harus buat gue ngerasain kehilangan satu di antara kalian? Itu maunya?"
Agria melonjak terkejut ketika Agrio menendanb sesuatu yang entah itu apa karena Agria terus menunduk. Untuk pertama kalinya ia mendapati kemarahan Agrio untuk dirinya.
"Kalau enggak karena gue nguping pembicaraan Havana sama Nyokapnya, gue mungkin gak tau apa-apa dan tiba-tiba gue kehilangan salah satu dari kalian. Itu yang lo sama Havana mau ya?"
Agrio terduduk di lantai dengan tubuh yang menyandar di belakang pintu masuk ruang rawat. Ia menunduk dan membiarkan tangannya berada di rambutnya. Agrio meremas rambutnya.
"Susah payah gue usaha biar kalian hidup dan sembuh, tapi kalian malah pingin mati,"
"Udah Gri!" Agria akhirnya berdiri.
Ia menatap Agrio dalam. "Cari pendonor gak segampang cari rekan kerjasama di perusahaan Papi. Cari pendonor gak segampang cari contekkan buat ulangan!"
Agria menarik napasnya. "Dua tahun Gri gue hidup sama jantung kayak gini, lo pikir Opa gak pernah berusaha buat gue sembuh?"
Agria menghapus sendiri air matanya. "Dua tahun bahkan Opa cari pendonor buat gue sampai ke luar negeri. Tapi sampai akhir hayatnya pun dia gak bisa nemuin itu. Seorang Opa Gri, Opa bahkan gak bisa,"
"Apa yang lo harapin dari cewek dengan kerusakan jantung selama dua tahun? Hidup lebih lama lagi?" lirih Agria.
"Jangan bilang gue sama Havana egois. Lo yang egois Gri! Coba lo pikirin mentalnya Havana,"
Agria menarik napasnya. "Siapa yang gak hancur kehilangan Kakaknya, keluarganya kacau, pembunuh Kakaknya pun ngejar dia, dan akhirnya sekarang dia hidup dengan paru-paru yang rusak karena pembunuh yang sama dan MANTAN LO!" ucap Agria memberi penekanan pada kata mantan.
"Inget kan lo kalau lo turut berperan atas kejadian Havana? Mana yang katanya lo mau ngelindungin cewek yang lo sayang?" balas Agria membuat Agrio terdiam.
Tangan lelaki itu bergetar. Oleh karena itu Agrio langsung mengepalkan tangannya meminimalisir getaran itu.
"Harapan hidup gue sama Havana sama-sama tipis Gri. Penyakit gue dan kerusakan Havana sama-sama krusial. Apa yang lo pikirin kalau jadi kita?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AGRIO
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Agrio, keturunan ke empat Surendra yang memiliki sifat yang berbeda dengan Papi, Opa, maupun pendahulu Surendra sebelumnya. Kalau dulu Opa dan Papinya adalah pemimpin geng yang brandal, kali ini Agrio ialah lelaki yang...