HALOOOO welkambek di AGRIO!
YUKKK VOTE DULU YUKKK
Selamat membaca, enjoooyy!
🎈🎈🎈
Dalam tidurnya, Havana mengerutkan keningnya mendengar suara pintu terbuka. Ia sedikit mengerjapkan matanya dan menatap bingung Agrio yang mendorong kursi roda Agria yang tengah tersenyum kepadanya.
Secara perlahan Havana bangkit untuk duduk, namun suara Agrio menahannya.
"Tunggu dulu! Aku bantu kamu,"
Havana langsung mengangguk. Ia menatap Agrio yang mendekatkan kursi roda Agria ke ranjangnya dan kini beralih membantunya duduk. Havana tersenyum. Ia menatap Agria yang pucat, sangat pucat.
"Kenapa ke sini?" tanya Havana bingung.
Iyalah bingung. Ia bukannya tidak senang akan kedatangan Agria, namun mengingat keadaan Agria yang juga sepertinya sama menyedihkannya seperti dirinya membuat Havana merasa tidak enak.
"Mau liat lo, sekalian mau ngobrol-ngobrol aja sih," jawab Agria sembari terkekeh.
Havana mengangguk. Ia menatap Agrio namun Agrio malah menggeleng pelan.
"Kayaknya gue butuh membicarakan obrolan antar perempuan sama Havana. Lo gak berniat nguping kan Gri?"
Agrio mendengus mengerti maksud ucapan Agria. Ia mengangguk lalu mengusap kening keduanya.
"Baik-baik, jangan berantem,"
Havana mendecak. "Lo kira kita kuat berantem di keadaan kayak gini?"
Agrio menatap tajam pada Havana. "Kamu, bukan lo,"
Agria terkekeh geli. "Geli banget lo Gri! Udah sana keluar!"
Agrio menghela napasnya lalu mengangguk. Meninggalkan ruangan. Meninggalkan Havana dan Agria kini yang saling tatap.
"Gimana keadaan lo?" tanya Agria memulai pembicaraan.
Havana tersenyum tipis. "Buruk," jawabnya.
"Susah buat gue napas dengan baik. Sekali ngos-ngosan langsung sakit banget,"
Agria mengangguk. Ia menatap Havana, teman sekaligus pacar dari Agrio.
"Agrio selama ini memperlakukan lo dengan baik kan Vey?"
Kening Havana berkerut. Ia menatap Agria dengan aneh. "Lo kan tau gue sama Agrio udah mantanan,"
"Mantan mana yang masih kayak tadi. Bahkan sebelum lo pingsan cuma nama Agrio yang lo sebut," ucap Agria sembari mendengus.
Havana tersenyum malu. Ia menunduk menyatukan tangannya.
"Gue takut banget waktu itu. Dan cuma Agrio yang ada di pikiran gue yang bisa nolong gue. Sayang semuanya tetep terlambat,"
Agria mengangguk setuju. "Kalau bukan karena perempuan ular, Agrio gak mungkin terlambat selamatin lo,"
Kening Havana berkerut. "El? Apa hubungannya sama El?"
"El sama cowok gila itu sepupu. El juga yang bantu cowok gila itu di kasus Kakak lo,"
Wajah Havana yang sudah pucat tambah memucat. "Lo-lo serius?"
Agria mengangguk. "Tapi lo tenang aja, semua udah dituntasin sama Agrio,"
"Maksudnya?"
"Agrio udah cabut sampai ke akar-akarnya, bahkan menyangkut pautkan sama kejadian Kakak lo. Kali ini cowok brengsek itu gak akan bisa bebas, gitu juga sama El,"
KAMU SEDANG MEMBACA
AGRIO
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Agrio, keturunan ke empat Surendra yang memiliki sifat yang berbeda dengan Papi, Opa, maupun pendahulu Surendra sebelumnya. Kalau dulu Opa dan Papinya adalah pemimpin geng yang brandal, kali ini Agrio ialah lelaki yang...