HAIIIIII SELAMAT DATANG KEMBALI DI CERITA AGRIO!
Pastiin kalian udah vote sebelum membaca cerita ini!
Selamat membaca, enjoy!
🎈🎈🎈
Agrio menatap air hujan di hadapannya yang turun dengan deras. Jam menunjukkan pukul setengah enam sore dan ia baru saja menyelesaikan sesi mengajarnya bersama Havana. Agrio lelah jujur saja, hari ini hari yang cukup melelahkan untuknya.
Agrio mendecak. Kalau saja Maminya mengizinkan dirinya membawa mobil, pastinya Agrio sudah akan pulang dengan nyaman.
"Kenapa lo gak pulang?"
Agrio melirik malas pada sebelah kirinya. Havana sedang berdiri di sampingnya, menatap ke arahnya. Agrio memilih tidak menjawab pertanyaan Havana membuat gadis itu mendecak.
"Lagian kenapa sok merendah sih bawa sepeda ke sekolah? Semua orang juga tau kalau lo minta dijemput pake pesawat pribadi juga pasti bakal diturutin,"
Agrio memalingkan wajahnya. Bergeser sedikit ke kanan menjauhi gadis itu.
"Dasar muka tembok! Makan tuh air hujan!" ucap Havana kesal.
Agrio menatap Havana yang berlari kecil menuju dimana mobil gadis itu diparkirkan. Agrio langsung memalingkan pandangannya ketika gadis itu mulai mengendarai mobil meninggalkan halaman sekolahnya. Agrio mendecak. Ia membuka ponselnya dan kembali mendecak karena ponselnya mati total.
Sebenarnya bisa saja Agrio nekat menerobos hujan dengan sepedanya. Namun, mengingat olimpiade yang akan ia lalui sebentar lagi membuat Agrio mengurungkan niat nekatnya itu.
Agrio menyipitkan matanya kala sinar lampu mobil menyilaukannya hingga berhenti tepat di hadapannya. Agrio mengerutkan keningnya ketika menyadari itu mobil milik Havana. Gadis itu membuka kaca jendela hingga Agrio dapat melihat wajah gadis itu.
"Gue lagi baik nih! Mau nebeng gak lo?"
Agrio diam. Diamnya Agrio membuat Havana mendecak.
"Lo mau nunggu hujan? Yakin? Gak sekalian nginep aja lo di sini?"
Agrio masih diam. Havana mengangguk mengerti.
"Lo emang secinta itu sama sekolah ya. Wajar gak mau pulang. Ya udah gue duluan,"
"Tunggu!"
Havana baru akan menaikkan kaca jendelanya namun terhenti karena ucapan Agrio. Havana membelalakkan matanya saat Agrio tiba-tiba membuka pintu kemudi membuat Havana menatap lelaki itu aneh.
"Turun, biar gue yang nyetir,"
Havana melongo di tempatnya. "Ini kan mobil gue? Kenapa jadi lo yang ngatur?"
"Turun,"
Havana mendecak namun tetap mengikuti ucapan Agrio. Ia turun dan beralih ke bangku penumpang depan. Ia melirik ke arah Agrio yang sedang membenarkan posisi duduk dan kaca spion. Havana mendecak.
"Gue gak sependek itu ya!"
Agrio melirik malas. "Maju banget lo nyetir,"
Havana mendengus. Memilih memalingkan wajahnya menatap ke arah jalanan saat Agrio sudah mulai menjalankan mobilnya. Ia menatap sekitar asal tidak menatap Agrio. Agrio pun sama. Ia mencoba fokus menyetir daripada harus berdebat lagi dengan Havana.
Havana hampir saja menjatuhkan rahangnya saat melihat rumah Agrio ketika lelaki itu memasuki gerbang yang sudah dibuka oleh satpamnya. Havana menelan ludahnya melihat rumah super mewah milik Agrio.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGRIO
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Agrio, keturunan ke empat Surendra yang memiliki sifat yang berbeda dengan Papi, Opa, maupun pendahulu Surendra sebelumnya. Kalau dulu Opa dan Papinya adalah pemimpin geng yang brandal, kali ini Agrio ialah lelaki yang...