HALOOOO selamat datang di cerita AGRIO!
Maaf banget lagi jarang dan lama update karena udah banyak tugas kuliah aku yang bermakalah-makalah🥺😭
Udah pada vote belum?
Jangan lupa jawab pertanyaan aku di akhir cerita ini!
Selamat membaca, enjoooyy!!
🎈🎈🎈
"Kenapa? Kayak banyak pikiran,"
Agrio yang sedang melamun langsung menoleh pada Havana. Siang ini hari libur, mereka berjanjian untuk jalan bersama. Walaupun sedari tadi yang mereka lakukan hanyalah duduk di taman kota yang cukup panas.
Havana baru saja kembali setelah membeli minuman. Gadis itu menyerahkan minumannya pada Agrio. Agrio menerimanya dengan baik. Lelaki itu langsung menegak minumannya.
"Gue cuma kepikiran Ranuga,"
Havana menghela napasnya. Ia menggenggam tangan Agrio. Gadis itu menyenderkan kepalanya di bahu Agrio.
"Gak usah dipikirin. Gue aja gak mikirin,"
"Justru itu. Aneh gak sih dia gak ngapa-ngapain seminggu ini? Bahkan dia udah gak pernah ngirimin lo bunga lagi,"
Kening Havana berkerut. "Jadi lo maunya dia ngirimin gue bunga lagi?"
"Bukan gitu,"
Agrio menatap Havana. "Gue cuma takut dia justru lagi nyiapin banyak hal,"
Havana tersenyum. "Gak seru ah kalau lo mikirin terus. Kita kan lagi jalan,"
Havana berdiri. Ia menjulurkan tangannya. "Meningan ikut gue. Gue laper,"
Havana menghela napasnya saat Agrio hanya terdiam menatap Havana.
"Agrio, gue baik-baik aja. Lo juga masih minta pengawal itu ikutin gue kan? Kita baik-baik aja Agrio,"
Agrio mengangguk. Ia menyambut tangan Havana. Menggandeng Havana berjalan. Walaupun otaknya tak berhenti memikirkan tentang Ranuga.
Agrio tahu kalau Havana sebenarnya tidak baik-baik saja. Gadis itu takut, malah lebih takut daripada dirinya.
"Gue mau makan nasi padang. Lo gak keberatan kan?"
Agrio menatap Havana lalu menggeleng. Meskipun ia tidak menyukai makanan pedas tetapi ia tetap menyanggupi menemani Havana makan.
Iya, Agrio sebucin itu pada Havana.
Agrio menggelengkan kepalanya melihat porsi makan Havana yang fantastis. Ia tersenyum kecil melihat gadis itu yang bertepuk tangan semangat ketika makanannya datang.
"Bangkrut gue kalau makan lo segini banyaknya,"
Havana mendengus. Gadis itu mencuci tangannya pada air yang telah disediakan.
"Gue gak minta lo bayarin. Lagian juga lo gak akan bangkrut kalau cuma traktir gue makan sampai gue jadi nenek-nenek pun,"
Agrio terkekeh. Ia meminum es teh manisnya sembari memandangi Havana yang lahap memakan makanannya.
"Beneran gak mau Gri?"
Agrio menggeleng. Havana mendecak sembari menyuap makanannya.
"Heran, mulut pedes kayak cabe tapi gak suka makan pedes,"
Agrio menjitak kening Havana. "Ngomong lagi sini,"
Havana tertawa. Gadis itu menyuir daging rendangnya dengan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGRIO
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Agrio, keturunan ke empat Surendra yang memiliki sifat yang berbeda dengan Papi, Opa, maupun pendahulu Surendra sebelumnya. Kalau dulu Opa dan Papinya adalah pemimpin geng yang brandal, kali ini Agrio ialah lelaki yang...