HAII SELAMAT DATANG KEMBALI!
Agrio update lagi! Masih semangat nunggunya kann?
YUKKK VOTE DULU SEBELUM MEMBACA!
Selamat membaca, enjooyy!
🎈🎈🎈
Havana menarik napasnya. Ia menatap layar komputer di hadapannya yang menampilkan hasil USG Liza yang memang ia minta pada dokter kandungan tersebut. Tangannya menggenggam erat pegangan kursinya. Havana menunduk, membiarkan matanya berkaca-kaca kembali.
Kemarin, setelah menangis di pelukan Agrio, Havana langsung pergi meninggalkan lelaki itu tanpa mengucap satu patah katapun. Havana hanya tidak ingin berhubungan lagi dengan pria itu, tidak ketika pria itu datang bersama sahabatnya yang hamil.
"Dok, dokter baik-baik aja?"
Havana mendongak dan tersenyum tipis. Ia mengangguk. "Ada panggilan untuk saya?"
"Emm itu Dok, Pak Glen nunggu Dokter di luar,"
Kening Havana berkerut. "Dia?"
Perawat itu mengangguk. "Katanya mau ketemu Dokter Havana,"
Havana menarik napasnya lalu mengangguk. Ia merapikan mejanya dan mematikan komputernya lalu berjalan keluar ruangannya. Baru membuka pintu, ia langsung dihadapkan oleh Glen yang berdiri dengan tiang inpus di samping lelaki itu. Lelaki itu tersenyum manis.
"Saya ganggu Dokter Havana?"
Havana berdeham lalu menggeleng. Menatap koridor rumah sakit yang sepi lalu kembali menatap Glen.
"Kebetulan sedang tidak ada pasien,"
Glen mengangguk. "Dokter sudah makan siang?"
Havana menatap dua pengawal yang berjaga di dekat Glen. Ia meringis. Segininya pengawalan lelaki itu.
Havana menggeleng menjawab pertanyaan Glen. Ia menatap lelaki itu. "Kamu ngapain ke sini? Seharusnya istirahat aja di kamar,"
Glen terkekeh. "Saya bukan tipe yang cuma tiduran di kamar berhari-hari Dok,"
Glen maju selangkah membawa tiang inpusnya. "Boleh saya temani Dokter Havana makan siang?"
Havana menggigit bibir bawahnya. "Tapi saya belum ada niatan untuk makan siang sih,"
Glen mengerutkan keningnya. "Dokter memang suka nunda makan?"
Havana menggeleng. "Saya cuma ngerasa belum lapar,"
"Pernah dengar pepatah makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang Dok?"
Havana terkekeh lalu mengangguk. "Oke kalau kamu memaksa,"
Havana berjalan bersama Glen menuju kantin rumah sakit. Sesekali ia tetap menyapa orang yang ia kenal. Berjalanan dengan Glen cukup menarik perhatian orang-orang ditambah dua pengawal yang siap mengikuti di belakang mereka. Sedikit mengingatkan Havana pada...Agrio.
"Dokter habis ini ada jam?"
Havana menggeleng. "Saya mau visit pasien setelah makan siang,"
Glen mengangguk mengerti. Keduanya sampai di kantin rumah sakit. Havana menatap Glen yang kini menatapnya.
"Ah iya, cuma saya yang makan," kekeh Havana.
Glen tersenyum. "Saya bisa pesenin-"
"No, it's okay. Saya bisa sendiri," ucap Havana lalu berdiri menuju salah satu tempat dan memesan makanannya.
Saat akan membayar, Havana dikejutkan dengan seseorang yang telah lebih dulu menyodorkan uang. Havana mendongak dan terdiam menatap Agrio yang berdiri kaku di sampingnya sembari menjulurkan uang pada ibu kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGRIO
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Agrio, keturunan ke empat Surendra yang memiliki sifat yang berbeda dengan Papi, Opa, maupun pendahulu Surendra sebelumnya. Kalau dulu Opa dan Papinya adalah pemimpin geng yang brandal, kali ini Agrio ialah lelaki yang...