55

29.2K 1.7K 91
                                    

HALOOO selamat datang kembali di AGRIO!

Aku punya pengumuman penting, jadi pastiin kalian baca sampai akhir yaaa!

YUKK VOTE DULU SEBELUM MEMBACA!

Selamat membaca, enjoy!!

🎈🎈🎈

Havana meneteskan air matanya saat sudah selesai berdoa untuk Bella. Havana tersenyum tipis saat Agrio melingkarkan tangannya di pundaknya. Lelaki itu berusaha menenangkan Havana.

"Udah?" tanya Agrio dengan lembut.

Havana mengangguk. Ia berdiri dan mengusap air matanya. Tangannya menggenggam tangan Agrio dan mengikuti langkah lelaki itu menuju mobil.

"Sekarang mau langsung ke rumah?" tanya Agrio.

Havana mengangguk. Matanya melirik kursi belakang yang sudah ada bingkisan yang memang ia sengaja bawa untuk bertemu keluarga Agrio.

Agrio menarik napasnya berat. Jangankan Havana, Agrio pun merasakan gugup. Agrio takut keluarganya tidak bisa menerima kembalinya Havana setelah apa yang Agrio lalui setelah kepergian Havana. Kalau Agrio jadi orang tua dan menatap anaknya kelak yang menjalani hari-hari berat seperti itu, mungkin saja Agrio akan bertindak tegas menentang hubungan anaknya dan perempuan itu. Agrio menghela napasnya.

"Kenapa jadi kamu yang takut gini sih?" tanya Havana dengan tertawa kecil.

Havana melarikan tangannya ke kening Agrio. Ia mengusap kening yang berkeringat itu. Sejujurnya Havana takut, tapi Havana ingin Agrio merasakan perjuangannya. Havana ingin Agrio cukup duduk tenang dan biarkan kini Havana yang berjuang untuk hubungan mereka berdua. Agrio sudah melakukan dan mengorbankan banyak hal untuknya, dan Havana rasa kini saat yang tepat untuk membalas itu semua.

Agrio menggeleng. Ia menggenggam tangan Havana. "Kamu baik-baik aja?"

Havana mengangguk lalu terkekeh. "Kamu gak perlu khawatir Gri," ucap gadis itu dengan senyuman.

Agrio mengangguk dan melajukan mobilnya. Sepanjang perjalanan keduanya hanya terdiam dengan tangan yang saling bertaut. Havana diam memikirkan bagaimana ia harus bersikap nanti di hadapan keluarga Agrio. Sedangkan Agrio diam karena merasa takut akan reaksi keluarganya nanti.

Sesampainya di rumah Agrio, lelaki itu memberhentikan mobilnya tepat di pintu utama rumahnya. Agrio turun dan membukakan pintu untuk Havana yang masih terdiam menatap sekitar rumah Agrio yang masih terasa familiar.

"Yuk," ajak Agrio membuat Havana mengangguk dan menerima uluran tangan lelaki itu.

Havana tersenyum pada salah satu pelayan di rumah Agrio yang kini menerima kunci mobil Agrio. Havana mengikuti langkah Agrio yang memasuki rumahnya dengan tangan kiri yang menenteng bingkisan dan tangan kanan yang menggenggam tangan Agrio.

"Miii?" panggil Agrio saat keadaan rumahnya yang begitu sepi.

Havana menatap sekeliling rumah lelaki itu yang tidak banyak perubahannya. Havana tersenyum kecil menatap meja makan milik Agrio. Seketika mengingat kebodohannya yang mendatangi rumah Agrio saat bertengkar dengan Mamanya dengan keadaan yang buruk.

"Kenapa Gri?"

Havana menoleh dan hampir saja menganga melihat Safarez yang keluar dari halaman belakang dengan lengan kemeja putih yang digulung dan celana bahan hitam membuat Papi dari Agrio itu terlihat begitu tampan.

Agrio mendengus melihat tatapan Havana yang masih berbinar melihat papinya membuat Agrio dengan cepat menutup mata gadis itu.

"Mami mana Pi?" tanya Agrio tidak peduli Havana yang memberontak kesal karena matanya ditutup oleh Agrio.

AGRIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang