26

19.5K 1.6K 198
                                    

HAIIIII apa kabar? Nungguin gak?

YUKK VOTE DULU SEBELUM MEMBACA CERITA INI!

Selamat membaca, enjoyy!

🎈🎈🎈

"Oma..."

Agrio berjalan pelan dan duduk di samping Omanya yang termenung menatap jendela kamarnya.

Sudah dua hari berlalu semenjak kepergian Opanya, dan Agrio masih memilih menetap di rumah Opanya meskipun memang ada keluarga Tantenya yang tinggal di sini menemani Omanya.

Agrio merangkul Omanya. Ia mengusap punggung ringkih Omanya.

"Opa kamu pasti udah tenang di sana,"

Agrio mengangguk. "Harus. Opa harus tenang karena sekarang udah gak ada beban yang harus dia pikul,"

Agrio ikut menatap Omanya kala Omanya menoleh padanya.

"Secara fisik memang Akarez yang paling mirip dengan Opa kamu, tapi kamu Agrio. Sikap dan pembawaan kamu selalu mengingatkan Oma pada Opa kamu,"

Agrio menunduk. Ia berganti menggenggam tangan Omanya.

"Agrio bangga karena mirip Opa,"

Omanya mengangguk. "Dari dulu Oma selalu ngomel sama Opa kamu karena terlalu sering berantem. Opa kamu bahkan Papi kamu itu udah langganannya babak belur setiap pulang dari sekolahnya,"

Omanya tersenyum meski meneteskan air matanya.

"Gimana Oma gak stres punya suami dan anak yang mirip sekali?"

Agrio ikut tersenyum. Omanya kini menunduk. Kembali meneteskan air matanya.

"Tapi... tapi dari Opa kamu Oma belajar satu hal,"

Agrio mengelus tangan Omanya.

"Keluarga itu yang paling penting," ucap Omanya.

Omanya menarik napas. "Selama ini Oma selalu marah dan Opa kamu lah satu-satunya orang yang sabar dengan semua kelakuan kekanak-kanakan Oma. Bahkan ketika Oma sudah mempunyai Papi kamu, Oma masih selalu bertindak sesuka Oma,"

"Opa... Opa kamu manusia paling sabar yang pernah Oma temuin,"

Agrio mengangguk. "Setidaknya Oma udah jadi cinta sejati Opa. Bahkan sampai akhir hayatnya Opa masih di pelukan Oma,"

Omanya mengangguk. Mendongak menatap Agrio. Ia mengusap pipi cucunya itu.

"Opa memilih kamu bukan karena kamu yang tertua Agrio,"

Omanya menyelimuti tangan Agrio dengan tangan hangatnya. Ia bergetar menatap cucunya.

"Kamu, kamu orang yang paling dia percaya setelah Papi kamu. Kamu punya jiwa, sifat, dan hati yang sama kayak Opa kamu "

"Makanya dia percayain semua peninggalannya untuk kamu,"

🎈🎈🎈

"Hai, tumben gak ke kantin?"

Agrio mengerutkan keningnya saat Havana begitu terkejut akan kedatangannya dan menyembunyikan suatu kertas di balik tangan gadis itu.

"Apa itu?" tanya Agrio menatap Havana.

Havana menggeleng pelan lalu tersenyum. "Kenapa nyamperin ke kelas?"

Kening Agrio masih berkerut. "Havana, jangan ngalihin pembicaraan,"

Havana menghela napasnya. Sulit menutupi sesuatu dari Agrio. Agrio mendekati gadis itu dan mengambil kertas yang ada di tangan Havana.

Matanya membaca tulisan yang ada di kertas itu. Rahang lelaki itu langsung mengeras.

AGRIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang