HAIIII SEMUANYA!!!
Aku udah update bab ini kemarin malam tapi kayaknya wattpad aku lagi error deh jadi banyak yang gak masuk notifnyaa...
YUKKK pastiin kalian udah vote sebelum membaca cerita ini!
Selamat membaca, enjoy!
🎈🎈🎈
Agrio memberikan sebotol air mineral pada Havana saat mereka berdua sampai di mobil. Ia menatap Havana yang mati-matian mencoba mengatur napasnya agar ia bisa bernapas dengan normal.
"Pelan-pelan minumnya," ucap Agrio.
Agrio menerima botol yang baru terminum sedikit itu dan menutupnya. Ia kembali menatap Havana yang kini sedang memejamkan matanya.
"Lo gak apa-apa?"
Havana menggeleng pelan. "Anterin gue pulang, plis," lirih gadis itu.
Agrio mengangguk. Sepanjang perjalanan berkali-kali ia menatap Havana. Memastikan gadis itu baik-baik saja walau sepanjang perjalanan yang Havana lakukan hanya memejamkan matanya berkali-kali dan menatap jalanan yang sepi.
Agrio memberhentikan mobilnya di depan pagar rumah mewah milik Havana. Ia kembali menoleh untuk yang kesekian kalinya. Memastikan Havana baik-baik saja.
"Udah sampe,"
Havana membuka matanya dan mengangguk. Ia membuka pintu mobil dan mengucapkan terima kasih pada Agrio.
Sebelum Havana benar-benar keluar, Agrio menahan tangannya membuat gadis itu menatap balik pada Agrio.
"Tadi itu... siapa?"
Havana melepaskan tangan Agrio dengan pelan. Ia memandang Agrio dengan malas.
"Hari ini lo terlalu banyak ngelewatin batas lo Agrio,"
Setelah mengucapkan itu, Havana turun tanpa menoleh pada Agrio sama sekali lagi. Gadis itu melangkah masuk menuju rumahnya tanpa mempedulikan Agrio yang menatap punggung gadis itu dalam diam.
Batas. Lagi-lagi batasan mereka membuat Agrio selalu tidak bisa mengenal Havana lebih dalam.
Agrio menghela napasnya. Ia sangat ingin mengetahui siapa Havana, keluarga gadis itu, bahkan masa lalu gadis itu.
Sebenarnya bukan hal yang sulit untuk Agrio mendapat informasi seperti itu. Ia bisa saja meminta anak buah Papinya untuk mencarikan info mengenai Havana.
Tetapi Agrio tidak ingin cara yang instan seperti itu.
Agrio ingin menikmati proses pengenalan dan pendekatannya dengan Havana.
🎈🎈🎈
Hari ini Havana tidak bersemangat sama sekali untuk pergi ke sekolah. Ia mendecak berkali-kali menghilangkan rasa kantuknya.
"Ngantuk banget kayaknya lo,"
Havana mendongak menatap Ijah yang duduk di hadapannya. Ia mengangguk malas.
"Gak bisa tidur gue,"
"Tumben. Biasanya lo molor mulu," balas Liza.
Havana mendengus. "Gue mau bolos aja deh. Gak kuat gue,"
"Yakin lo? Habis ini pelajaran Bu Siska loh si bunting,"
"Heh sembarangan lo! Kalau di denger Bu Siska, gawat," ucap Liza merutuk pada Ijah.
"Ya emang lagi bunting makanya sensi," balas Ijah.
Havana berdiri. "Bodoamat deh. Ngantuk parah gue,"
KAMU SEDANG MEMBACA
AGRIO
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Agrio, keturunan ke empat Surendra yang memiliki sifat yang berbeda dengan Papi, Opa, maupun pendahulu Surendra sebelumnya. Kalau dulu Opa dan Papinya adalah pemimpin geng yang brandal, kali ini Agrio ialah lelaki yang...