39

17.5K 1.6K 245
                                    

HALOOO selamat datang di cerita AGRIO!

Yukk vote sebelum membaca cerita ini!

Selamat membaca, enjooooyy!!

🎈🎈🎈

Agrio berjalan menuju ruang kerja Papinya. Setelah berbincang dengan Havana, Papinya itu meneleponnya dan meminta Agrio untuk pulang. Agrio sampai mengerutkan keningnya. Tumben sekali Papinya seperti itu.

Agrio memasuki ruang kerja Papinya. Di sana sudah ada Maminya yang duduk di sofa di samping Papinya. Hanya ada mereka bertiga di ruangan ini.

"Akarez gak ke sini?" tanya Agrio setelah duduk di seberang Mami dan Papinya.

Papinya menggeleng. "Akarez jaga Agria,"

Agrio mengangguk mengerti. Ia menatap kedua orang tuanya. "Kenapa?"

Papinya tersenyum kecil. "Papi sudah dapat donor jantung untuk Agria,"

Mata Agrio membulat dan wajahnya tersenyum senang. "Serius? Siapa? Kapan? Dari-"

"Satu-satu sayang," potong Maminya gemas dan tersenyum kecil.

Xavera tahu kalau Agrio sangat senang mendengar kabar ini. Kabar yang dinanti-nantikan oleh ia sekeluarga.

"Untuk identitasnya, pendonor minta dirahasiakan sampai operasi selesai,"

Agrio terdiam. Tiba-tiba dirinya menegang. "Bu-bukan Havana kan?"

Papinya terdiam. Maminya juga terdiam membuat Agrio langsung berdiri. "Papi, jawab Agrio. Bukan Havana kan?"

"Papi sama Mami... gak tau Gri," ucap Maminya sembari menunduk.

"Dokter pun gak bisa kasih keterangan yang jelas tentang pendonornya,"

Agrio merasakan matanya memanas. "Mami pikir Agrio bakal mau terima pendonoran untuk Agria kalau itu dari Havana?"

"Kita gak bisa kehilangan Agria, Gri,"

"Dan Agrio gak bisa juga kehilangan Havana Pi!" ucap Agrio kasar.

Agrio melangkah mundur. "Agrio harus pastiin ke Havana kalau bukan dia yang donorin ke Agria,"

"Gri. Papi juga bantu kamu. Berusaha cari pendonor untuk Havana. Tapi susah Nak. Susah untuk cari pendonor paru-paru,"

"Apa bedanya sama jantung? Kalau pendonor jantung aja bisa Papi dapatin, kenapa giliran Havana gak bisa?" lirih Agrio.

Papinya menghela napasnya. "Percaya Gri kalau sampai hari ini Papi masih berusaha buat kamu,"

"Tapi Papi juga gak bisa lewatin kesempatan untuk Agria. Tolong Gri, udah dua tahun Agria menderita itu sendirian,"

Agrio menunduk. Ia menatap Maminya. "Kalau situasinya Agrio kasih ke Papi. Apa Papi rela Mami donorin organnya untuk Tante Hazel? Apapun keadaannya?"

Kedua orang tuanya terdiam. "Agrio, ini semua beda,"

"Beda gimana? Kalau Papi mau tau apa yang Agrio rasain, coba bayangin apa yang tadi Agrio bilang,"

Agrio membalikkan badannya. Ia melangkah menuju pintu ruang kerja Papinya. Sebelum keluar, Agrio sedikit membalikkan badannya.

"Maaf Mi, Pi, Agrio belum bisa terima donor itu sampai Agrio pastiin kalau itu bukan Havana,"

🎈🎈🎈

Agria tersenyum kecil melihat Grava yang sudah menunggunya di taman. Ia melangkah mendekat dan duduk di samping lelaki itu.

"Udah lama?"

Grava menggeleng. Lelaki itu tersenyum tipis melihat Agria.

"Seneng banget ngeliat cewek cantik sore-sore kayak gini,"

AGRIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang