28

17.9K 1.5K 63
                                    

HAIIII selamat datang di cerita AGRIO!

Seberapa semangat kalian nunggu cerita ini update?

YUKKK vote dulu sebelum membaca!

Selamat membaca, enjooy!

🎈🎈🎈

"Havana, Mama mau bicara sama kamu,"

Havana yang sedang bersantai depan ruang tv menoleh dan memperbaiki duduknya. Ia duduk tegap menatap Mamanya dengan tatapan tanya.

"Kenapa?"

Mamanya duduk di sampingnya. Wanita paruh baya itu menghela napasnya.

"Soal pernikahan Mama... Mama gak akan lanjutin kalau kamu enggak setuju,"

Havana terdiam. Gadis itu menunduk. Bayangan ucapan Agrio kembali menghampirinya. Havana menghela napasnya. Tanpa ia sadari keeogisan dirinya selama ini merugikan banyak orang, namun Havana hanya merasa dirinya lah yang paling tersakiti.

Agrio benar, bukan hanya Havana yang tersakiti.

"Sebenernya... Havana gak apa-apa kalau emang Mama mau menikah lagi. Havana cuma butuh Mama kasih tau Havana,"

"Havana pingin Mama anggap Havana. Diskusi setiap hal, bukan mutusin sesukanya aja,"

Havana menatap Mamanya. Ia menggenggam tangan yang jarang sekali ia genggam.

"Havana tau Mama butuh pendamping lagi. Havana izinin asal itu memang untuk kebahagiaan Mama,"

Havana tersentak saat Mamanya tiba-tiba memeluknya. Havana sempat terdiam dan berkaca-kaca. Entah sudah berapa lama ia tidak merasakan pelukan hangat dari Mamanya.

"Terimakasih Havana.... Maafin Mama selama ini yang jauh dari kamu,"

🎈🎈🎈

"Seneng banget kayaknya, kenapa?"

Havana tersenyum senang dan ia menubruk Agrio dalam pelukannya. Havana menghirup aroma Agrio dalam. Ia merasakan kenyamanan dan tersenyum.

Agrio ikut tersenyum. Pagi ini ia menjemput Havana untuk berangkat bersama ke sekolah. Gadis itu begitu riang saat membuka pintu dan berlari memeluknya.

Agrio membalas pelukan itu dan mengusao rambut Havana. Ia menunduk dan menghela napasnya melihat rambut Havana yang sudah berubah warna menjadi abu-abu gelap.

Agrio melepaskan pelukkannya. Ia menelisik penampilan Havana dari atas sampai bawah.

"Boleh gak sih kalau gue larang lo pakai seragam kayak gini lagi?"

Havana mengerutkan keningnya. Ia menunduk untuk melihat penampilannya.

"Kan cantik,"

Agrio mengangguk setuju. "Lo pakai apapun tetap cantik Havana,"

Havana mendengus menatap Agrio sedangkan lelaki itu masih mengerutkan keningnya tidak suka.

"Tapi gue gak mau itu dibagi-bagi,"

"Apa?" tanya Havana.

"Badan lo. Seragam lo terlalu ketat Havana,"

Havana menghela napasnya. "Mulai deh kayak kesiswaan. Gue nyaman kayak gini Gri,"

Agrio menghela napasnya. Sebenarnya ia ingin melarang Havana. Tetapi ia juga tidak mau Havana merasa terkekang olehnya. Sebelum bersama Agrio, Havana adalah gadis yang cenderung bebas. Bebas memilih dan menentukan apapun semaunya. Agrio hanya tidak mau Havana merasa kehilangan itu semenjak berpacaran dengannya.

AGRIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang