HALOOOO SELAMAT DATANG DI AGRIO!
maaf yaa lama banget updatenyaa soalnya lagi syibuk uts nih! Semangat terus buat kalian semua pembaca cerita aku!
YUKKK VOTE SEBELUM MEMBACA!
Selamat membaca, enjooy!!
🎈🎈🎈
Agrio terkekeh melihat Havana yang kesulitan menyuap nasi padangnya karena rambutnya yang mengganggu. Dengan sigap lelaki itu berjalan dan berdiri di belakang Havana. Menyatukan rambut gadis itu membuat Havana terkejut.
"Eh?"
Agrio tersenyum. "Mana ikat rambutnya?"
Havana menjulurkan tangan kirinya yang bersih. Memberikan pada Agrio.
"Aku masih bisa ngiket rambut sendiri padahal," protes Havana. Agrio tersenyum mendengarnya.
"Banyak hal yang sebenernya bisa dilakuin sendiri, tapi lebih baik dilakuin pacarnya kalau lagi pacaran,"
Havana mendengus. "Emang kita pacaran?"
Agrio tersenyum geli. Mendekatkan dirinya pada Havana. Raut wajah lelaki itu berubah jadi jahil.
"Mantan tapi masih saling sayang?" ledek Agrio membuat Havana terkekeh. Havana mengangguk mendengarnya. Tak menangkis fakta bahwa ia memang sangat menyayangi Agrio.
"Nah cantik,"
Havana mendengus. Ia melanjutkan makannya dengan lahap. Agrio menatap gadis itu dengan senyuman gelinya.
"Kamu udah berapa lama sih gak makan? Rakus banget," cibir Agrio.
Havana menatap Agrio sinis. "Mana nemu aku di rumah sakit makanan kayak gini. Jangan protes deh!"
Agrio tertawa. Ia menjulurkan tangannya untuk mengusap rambut Havana.
"Iya. Makan yang banyak ya sayang,"
Mungkin sudah sering Agrio mengucap kata sayang. Namun, hingga kini, satu kata itu tetap mampu memporak poranda kan hati Havana hingga gadis itu mudah sekali tersipu.
"Oh ya Gri, Agria gimana keadaannya?"
Agrio diam mendengar pertanyaan itu. Ia menghela napasnya. Sejujurnya memang keadaan fisik kembarannya itu jauh membaik. Namun Agrio tahu, hati kembarannya itulah yang justru sedang sangat buruk.
"Sejak pertama dia sadar, sampai sekarang Agria masih gak banyak ngomong,"
Havana memberhentikan suapannya. Ia menatap Agrio yang menyender.
"Bahkan setiap Mami tanya, dia cuma jawab sama anggukkan atau gelengan,"
Havana menghembuskan napasnya kasar. Pikirannya langsung menuju pada Agrio. Apakah lelaki itu akan separah itu kalau ia tinggal? Atau mungkinkah lebih parah dari itu?
"Kenapa diem hmm?"
Havana menatap Agrio yang mengusap rambutnya dengan sayang. Setiap sentuhan dan perhatian kecil dari Agrio memang selalu dapat menenangkannya.
"Aku...cuma lagi mikirin keadaan Agria,"
Agrio diam lalu tersenyum tipis. "Agria bakal sembuh seiring berjalannya waktu,"
"Kamu juga kah?"
Agrio mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Havana. "Maksudnya?"
"Kalau kamu yang ada di posisi Agria, apa kamu juga bakal gitu?"
Agrio menatap datar pada Havana. "Kamu lagi coba pancing aku kan Hav?"
"Kenapa setiap pertanyaan dari aku selalu kamu balas pake pertanyaan Gri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AGRIO
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Agrio, keturunan ke empat Surendra yang memiliki sifat yang berbeda dengan Papi, Opa, maupun pendahulu Surendra sebelumnya. Kalau dulu Opa dan Papinya adalah pemimpin geng yang brandal, kali ini Agrio ialah lelaki yang...