3

23.7K 1.8K 39
                                    

HAII selamat datang lagi di cerita AGRIO!

Aku mau info dulu, kalau misalkan kalian gak baca cerita aku yang HOLD ME WHILE YOU WAIT (Hazel-Raja) tapi langsung ke AGRIO boleh aja kok! yang penting tau silsilah keluarga Surendra aja☺️

Satu lagi, info kalau Agrio, Agria, Havana itu kelas 11 ya gais, udah mau naik kleas 12. Kalau Akarez masih SMP.

Pastiin kalian udah vote sebelum membaca bab ini!

Selamat membaca, enjoy!

🎈🎈🎈

"Mama dapat telepon dari sekolah kamu. Katanya kamu dibuatin kelas tambahan karena nilai kamu kurang. Bener?"

Langkah Havana terhenti saat melewati Mamanya. Ia berbalik menghadap Mamanya yang kini sudah berdiri di hadapannya.

Satu tamparan mulus mendarat di pipinya membuat Havana sedikit meringis. Ia semakin mengeratkan kepalan tangannya.

"Gimana kamu bisa jadi dokter dengan nilai segitu Havana?!"

Havana menunduk. Ia menahan gejolak air mata yang ingin keluar dari matanya. Ia tidak ingin meluapkan emosinya pada Mamanya.

"Kenapa sih susah banget atur kamu?! Mau jadi apa kamu kalau dari sekarang kamu gak benerin nilai kamu?!"

"Susah payah Mama didik kamu supaya bisa menjadi dokter kayak Mama tapi kamu malah kayak gini! Kamu mau ikutin jejak Kakakmu Hasna yang-"

"STOP!" pekik Havana kencang membuat Mamanya terlonjak kaget.

Havana mendongakkan kepalanya. Ia membiarkan air matanya mengalir. Menatap kesal ke arah Mamanya.

"Jangan pernah Mama bahas hal itu di depan Havana!"

Havana membalikkan badannya. Siap pergi meninggalkan Mamanya menuju kamar, namun ucapan Mamanya kembali memberhentikannya.

"Mama cuma mau kamu belajar. Tingkatin nilai kamu dan masuk kedokteran! Kamu harus jadi penerus Mama,"

"Mama gak mau kamu gagal dan gak punya masa depan,"

Havana membalikkan badannya lagi. "Masa depan bukan cuma dokter,"

Mamanya itu menyeringai. "Memang bisa menjamin apa kamu selain jadi dokter?"

Havana mengatur napasnya lalu memilih membalikkan badannya melanjutkan langkahnya menaiki tangga menuju kamar. Ia membanting pintu kamarnya, menimbulkan suara yang bising.

Sesampainya di kamar, ia melempar tasnya asal. Havana mengacak rambutnya frustasi. Ia terduduk di karpet kamarnya. Menunduk mencoba mengatur napasnya. Ingin sekali menonjok orang untuk melampiaskan amarahnya.

Tak lama Havana mendongak. Matanya langsung bertatapan dengan meja belajarnya. Havana menghela napasnya lalu bangkit berjalan menuju meja belajarnya. Ia mengambil sebuah bingkai dan menatap foto dirinya dan Kakaknya, Hasna, yang diambil ketika Kakaknya itu lulus SMA, tiga tahun yang lalu.

Hasna adalah pribadi yang cantik, ramah, periang, dan penyayang. Kakaknya itu benar-benar seorang panutan yang Havana sayangi. Meskipun selama tujuh tahun hidup terpisah dengan Hasna yang memilih bersama Papanya setelah kedua orang tua mereka bercerai, namun hubungan Havana dan Kakaknya tetap terjalin erat.

Havana memang membenci Papanya, namun ia tidak pernah membenci Hasna yang memilih untuk tinggal bersama Papanya.

Havana menghela napasnya. "Gue kangen Kak," ucapnya lirih.

Jarinya mengusap foto dirinya dan Hasna. Ia tersenyum kecil dan berkedip membuat tetesan air mata itu jatuh pada bingkai foto tersebut.

"Udah dua tahun lo pergi, maaf gue gak bisa nepatin permintaan lo untuk buat Mama sama Papa balik lagi,"

AGRIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang