HAIIII selamat datang lagi di cerita AGRIO!
Yukk pastiin kalian udah vote sebelum membaca cerita ini!
Selamat membaca, enjoy!
🎈🎈🎈
Havana tersenyum senang menatap cermin di hadapannya. Usai mengoleskan pewarna bibir yang natural, ia mendecak menatap pantulan dirinya sendiri dari cermin.
"Cantik banget gue!" puji dirinya sendiri pada cermin.
Penampilan Havana sedikit berbeda saat ini. Kalau biasanya ia malas memakai rok selain rok sekolah yang dibuat sedemikian pendek, kini ia memakai rok mini dipadukan dengan kaos yang dilapisi cardigan. Ia memuji penampilannya yang tampak beda.
Tak lupa ia menggerai rambutnya dengan tatanan serapi mungkin. Yang ada di otaknya hanya satu.
Cukuplah ya buat ngegaet Bapaknya Agrio!
Havana menggelengkan kepalanya. Geli dengan pemikirannya sendiri. Ia menatap ponselnya yang berdering. Panggilan masuk dari Agrio membuat Havana dengan cepat beranjak mengambil barang-barangnya dan turun ke bawah. Menemui lelaki itu.
Havana tersenyum senang saat sudah melihat Agrio. Lelaki itu masih memakai baju yang sama seperti terakhir ia lihat saat sarapan pagi. Penampilan lelaki itu nampak sedikit acak-acakan. Tapi entah kenapa, Agrio tetap menarik seperti biasa.
"Udah lama?" tanya Havana.
Agrio mengerutkan keningnya. Menatap Havana dengan aneh.
"Lo kan tau gue baru sampe,"
Havana mendengus. Kenapa sih Agrio terlalu kaku?
"Gue lagi basa-basi! Hargain kek!" kesal Havana.
Havana menghentakkan kakinya sembari berjalan menuju pintu penumpang. Namun, ia harus berbalik menatap Agrio kala lelaki itu menahan tangannya.
"Lo ngapain dandan?"
Pipi Havana langsung bersemu. Ia mengerjapkan matanya.
"Kan biasanya juga gini!"
Agrio mendekatkan wajahnya pada wajah Havana membuat Havana gugup dan reflek mundur.
"A-apaansih!"
Agrio kembali mengerutkan keningnya. "Dandanan lo berlebihan,"
Havana menjatuhkan rahangnya. Ia memukul kesal pada bahu Agrio membuat lelaki itu mengaduh.
"Lo tuh ya! Kalau ada cewek dandan tuh dihargain kek! Jangan dibilang kayak gitu!"
Havana mendecak kesal dan mendaratkan pukulan terakhirnya pada Agrio.
"Lagian gue dandan bukan buat lo! Buat bokap lo tau gak?!"
🎈🎈🎈
Havana tersenyum kecil saat maniknya menatap Safarez yang sedang menikmati makanannya. Lagi dan lagi pria berumur yang sudah memiliki tiga anak itu menyita perhatiannya.
"Gue tau lo demen sama Bokap gue, tapi berhenti natap Bokap gue kayak gitu!"
Havana yang sedang meminum minumannya sembari mencuri pandang pada Safarez langsung tersedak saat mendengar ucapan Agrio.
Semua menoleh pada Havana dan Agrio. Bahkan dengan baiknya Akarez membantu menepuk punggung teman Kakaknya yang masih terbatuk-batuk.
"Pelan-pelan minumnya Havana,"
Suara berat milik Safarez sukses membuat Havana semakin terbatuk dengan pipi yang memerah. Agrio mendecak.
"Udah Pi diem. Makin terpesona nanti dia sama Papi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
AGRIO
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Agrio, keturunan ke empat Surendra yang memiliki sifat yang berbeda dengan Papi, Opa, maupun pendahulu Surendra sebelumnya. Kalau dulu Opa dan Papinya adalah pemimpin geng yang brandal, kali ini Agrio ialah lelaki yang...