21

22.5K 1.9K 244
                                    

HAIIII SELAMAT DATANG DI CERITA AGRIO!

Sudah Bab 21, sudahkah kalian vote dan comment?

Aku ngebut banget updatenya ya?

JANGAN LUPA VOTE VOTE VOTE!

Selamat membaca, enjoooyy!

🎈🎈🎈

Havana menatap Agria di sampingnya. Bel pulang baru saja berbunyi.

"Lo pulang sama Agrio kan Ya?"

Agria mendongak dan menggeleng. Gadis itu tersenyum.

"Males lah jadi nyamuk,"

Havana mendengus. "Kan Agrio bawa mobil karena lo,"

Agria mengerutkan keningnya. "Apa?"

"Katanya dia boleh bawa mobil semenjak lo pindah ke sini,"

Agria tertawa. Ia menepuk pundak Havana.

"Agrio bohong sama lo. Jelas-jelas dia yang mohon sama Mami supaya boleh bawa mobil karena udah pacaran sama lo. Dia pingin antar jemput lo terus,"

Mata Havana membelalak. Agria semakin menggoda gadis itu.

"Katanya gak elit masa pakai mobil lo. Makanya dia mohon sama Mami. Akhirnya diizinin deh,"

Pipi Havana memerah. Ia menggigit bibirnya salah tingkah.

"Terus lo pulang sama siapa?"

Agria mengangkut tasnya. "Supir dong,"

Havana mengangguk. Ia mengikuti langkah Agria keluar kelas. Liza dan Ijah sudah lebih dulu pamit pulang.

"Agrio seseneng itu setelah kalian jadian,"

Havana menoleh dengan langkah yang terus melaju. Ia menatap Agria. Menunggu gadis itu melanjutkan ucapannya.

"Gak pernah-pernahnya dia pulang langsung meluk Mami kayak kemarin. Gue seneng ngeliat Agrio yang kayak dulu lagi,"

"Makasih ya Vey. Karena lo Agrio jadi kayak dulu lagi,"

Havana mengangguk. Ia tersenyum pada Agria. Gadis itu menatap mobil yang baru saja tiba di gerbang.

"Supir gue udah jemput. Duluan ya,"

Havana mengangguk. Agria mendekatkan dirinya pada Havana.

"Jangan pulang malam-malam karena keasikan pacaran ya!"

Pipi Havana langsung memerah. Ia memalingkan wajahnya ketika Agria tertawa menggodanya. Kemudian Agria berlari menuju mobil jemputannya. Meninggalkan Havana yang berdiri sendirian di gerbang.

"Udah gue duga, adiknya Hasna pasti sekolah di sini,"

Havana menoleh dan terkejut mendapati Ranuga berdiri di sampingnya. Dadanya langsung sesak. Napasnya langsung tertahan. Havana mengepalkan tangannya. Mencoba mengusir ketakutannya.

"Kita ketemu lagi Havana,"

Havana berjalan mundur namun percuma, Ranuga ikut maju mendekatinya. Havana hanya bisa berharap Agrio datang, melindunginya.

"Jadi di sini sekolah lo," Ranuga mengangguk menatap sekitar sekolahan Havana.

Havana sudah berbalik ingin kabur. Namun langkahnya ditahan oleh lelaki itu.

"Jangan pergi dulu. Gak sopan,"

Havana keringat dingin. Matanya menatap pergelangannya yang ditahan oleh Ranuga.

"Gue cuma sebentar kok di sini. Cuma pingin tau adiknya Hasna sekolah di mana. Ternyata bener dugaan gue,"

Havana bergetar takut. Meskipun ia termasuk perempuan pemberani, Havana tetap takut pada satu-satunya tersangka atas pemerkosaan Kakaknya.

AGRIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang