9

19.6K 1.8K 124
                                    

HALOOOO selamat datang kembali di cerita AGRIO!

YUK pastiin kalian udah vote sebelum
membaca cerita ini!

Selamat membaca sambil malam mingguan, enjoy!

🎈🎈🎈

Havana menepis pikiran yang baru saja terlintas di benaknya. Ia melempar tasnya di kasur. Matanya menatap kertas yang muncul dari tasnya. Kertas tugas yang Agrio berikan padanya.

Kembali Havana teringat pada ucapan Agrio tadi. Dirinya sama sekali bukan tipe lelaki itu.

Havana mendecih. "Liat aja lo manusia tembok! Gue pastiin tipe lo berubah,"

"Enak aja dia ngatain gue gak punya otak. Gue buktiin kalau gue gak kayak apa yang dia bilang,"

Havana menarik kertas tersebut. Membacanya dengan perlahan. Ia menghela napas pada setiap soal yang diberikan oleh Agrio.

"Gampang banget! Dia kira gue anak SD?"

Havana berjalan menuju meja belajarnya. Ia menduduki kursinya lalu menyalakan lampu belajarnya. Ia mengambil pulpennya dan mulai mengerjakan soalnya.

"Dia kira gue gak bisa kayak gini doang?"

Havana mendengus. Ia meregangkan ototnya karena pegal. Ia melirik jam dinding di kamarnya.

"Gila, gue begadang cuma buat ngerjain soal dari Agrio!"

🎈🎈🎈

Agrio menatap kertas dan wajah Havana berkali-kali sedangkan Havana menghela napas malas sembari membenarkan cat kukunya.

"Lo nyontek?"

Havana membulatkan matanya. "Enak aja lo kalau ngomong!"

Agrio mengangkat sebelah alisnya. "Minta orang lain kerjain?"

Havana mendecak. "Kenapa sih gak percaya? Itu murni gue kerjain sendiri!"

"Gue gak yakin. Lo bahkan gak nanya sama gue,"

"Ngapain gue tanya sama lo. Kan lo bilang tanya kalau gak ngerti kan?"

Agrio menatap Havana dengan tatapan menyelidik. Ia sedikit kurang percaya gadis itu dapat menyelesaikan soalnya.

Agrio mengambil kertas kosong. Ia menuliskan satu soal dengan model berbeda dari soal-soal sebelumnya. Setelah itu ia menyodorkannya pada Havana.

"Nih, kalau lo emang ngerjain sendiri yang kemarin, harusnya lo bisa ngerjain ini,"

Havana menatap kesal pada Agrio. Ia menarik kertas itu dengan paksa serta pulpen yang berada di tangan Agrio dengan kasar.

"Awas kalau gue bisa! Lo harus traktir gue makan!"

Agrio berdeham lalu mengangguk. Ia menatap remeh pada Havana yang sempat terdiam menatap kertas soal.

"Gak bisa?" tanya Agrio remeh.

Havana mendecak. "Bawel lo! Sabar dong biarin otak gue mikir,"

Agrio menyenderkan badannya pada kursi. Ia bersidekap menatap Havana yang sibuk mengerjakan soal tersebut. Agrio sempat terpana saat melihat kecepatan Havana berhitung.

Agrio memejamkan matanya saat tiba-tiba Havana memukul wajahnya dengan kertas soal tadi.

"Nih makan nih soal! Periksa sana!"

Agrio menghela napasnya dan mengambil kertas tersebut. Ia memeriksa dengan detail jawaban-jawaban Havana dan terdiam saat melihat sampai titik terakhir tulisan Havana.

AGRIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang