HALOOOOOOO! Selamat menjalani aktivitas kalian!
YUKKKK vote dan commentnyaaa!
Selamat membaca, enjooooyy!
🎈🎈🎈
"Maksudnya tadi apa?"
Agrio hanya terdiam. Menatap ke arah punggung Havana yang berlari menjauhinya. Agria menyenggol kembarannya.
"Agrio, ada apa?"
Agrio menoleh. Menatap kembarannya.
"Gue pikir gue ngelakuin hal yang bener, tapi ternyata gue malah nyakitin dia," gumam Agrio.
Agria mengerutkan keningnya. Ia menarik Agrio menuju tempat duduk di dekat parkiran. Menarik Agrio untuk duduk sedangkan ia berdiri. Menatap kembarannya itu penuh selidik.
"Jelasin sama gue,"
Agrio menarik napasnya. "Semenjak tahu kalau pemerkosa Kakaknya Havana balik lagi dan ngejar Havana, gue minta sama Papi untuk kasih Havana dua pengawal yang ngawasin dia,"
"Dan lo gak bilang apa-apa sama Havana?"
Agrio mengangguk lemah. Agria menghela napasnya.
"Itu bukan ngejaga Gri, tapi nguntit. Wajar aja Havana marah sama lo kalau lo gak bilang sama dia,"
Agria mendecak. "Lo aja marah kan sama Papi waktu Papi diem-diem ngutus satu pengawal buat lo? Apalagi Havana,"
Agrio terdiam. Ia baru menyadarinya lalu mengangguk lemah.
"Terus yang tentang bunga itu kenapa?"
Agrio mendongak menatap kembarannya. Ia mengepalkan tangannya.
"Udah dua kali gue liat selalu ada kiriman bunga untuk Havana. Awalnya gue gak curiga, tapi pas gue baca suratnya di situ gue langsung buang semuanya. Gue berusaha supaya Havana gak tau apapun tentang itu,"
"Tapi ternyata tetap aja Havana tau,"
Agria mengangguk mengerti. "Gue tau maksud lo baik. Lo pingin ngejaga Havana. Lo juga gak mau dia kenapa-kenapa kan?"
"Tapi cara lo salah Gri. Lo sama dia punya hubungan, semua hal bisa dikomunikasiin. Wajar Havana marah dan kecewa sama lo,"
Agria menepuk pundak Agrio.
"Lain kali komunikasiin apapun masalahnya sama pacar lo. Hubungan gak cuma lo yang berjuang dan bertahan, tapi dua-duanya,"
🎈🎈🎈
"Hei,"
Setelah bel istirahat, langsung saja Agrio berlari menuju kelas Havana. Namun ternyata gadis itu memilih bolos. Setelah bertanya pada kedua teman Havana dan Agria, akhirnya langsung saja Agrio berlari menuju taman belakang sekolahnya.
Havana hanya duduk di kursi dan diam. Gadisnya itu tidak melakukan apapun dan hanya menatap lurus ke depan.
Agrio duduk di samping Havana. Lelaki itu langsung saja menggenggam tangan Havana. Untungnya gadis itu hanya diam dan tidak menolak.
"Gue minta maaf. Bukan maksudnya ngeremehin lo atau ngejadiin lo objek,"
Agrio menarik napasnya. Menatap Havana meskipun gadis itu hanya menatap depan.
"Gue cuma pingin lo aman, gue lakuin ini semua tanpa sepengetahuan lo. Gue pikir gue ngelakuin hal yang tepat, tapi ternyata gue nyakitin lo,"
Agrio menarik dagu Havana untuk menatapnya. "Maafin gue, gue gak bermaksud nyakitin lo,"
KAMU SEDANG MEMBACA
AGRIO
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Agrio, keturunan ke empat Surendra yang memiliki sifat yang berbeda dengan Papi, Opa, maupun pendahulu Surendra sebelumnya. Kalau dulu Opa dan Papinya adalah pemimpin geng yang brandal, kali ini Agrio ialah lelaki yang...