PINTU lift terbuka, Arum mendapati Abipraya di dalam lift bersama istri dosennya itu, Isabella, atau yang akrab disapa Bella. Abipraya melepaskan genggaman tangannya dan itu membuat Bella merengut samar mempertanyakan tindakan suaminya. Arum yang menyaksikan itu, segera memasuki lift dan menerobos ke sudut lift. Gadis itu berdiri di samping Abipraya. Itu membuat Abipraya sedikit memajukan tubuhnya karena merasa tidak nyaman dan kikuk.
Pagi itu Arum memakai topi hitam yang hampir menutupi pandangan matanya. Ia masih setia dengan tas selendangnya yang ia beli ketika masa sekolah menengah atas. Ia selalu memakai jaket hangat yang sama yang ia beli ketika awal perkuliahan. Ia membelinya di toko barang bekas. Hampir semua barang yang dipakai Arum adalah hasil kelihaian tawar-menawarnya di toko barang bekas.
Sesaat setelah menempatkan diri, berdiri berdampingan dengan Abipraya, suara sesegukan keluar dari mulut Arum. Abipraya dan Bella sontak menolehkan kepala mereka pada Arum.
"Kamu gak kenapa-kenapa?" tanya Bella, tak kapok pada sifat dingin Arum.
Ketika pintu lift terbuka di lantai lima, Arum berjalan cepat-cepat untuk segera bisa keluar dari lift tersebut. Abipraya dan Bella saling berpamitan secepat kilat. Abipraya pun keluar dari lift, menyusul Arum. Pria paruh baya itu mengedarkan pandangannya, namun sosok Arum tidak jua ia temukan. Abipraya pun mengayunkan langkahnya menuju sebuah kelas. Abipraya berhenti di pintu kelas dan melambaikan tangannya pada salah satu mahasiswa. Tak lama dari itu, seorang pria muda seusia Arum keluar dari kelas tersebut.
Abipraya menarik tangan pria muda bernama Abizar itu sampai mereka cukup jauh dari pintu kelas. "Kamu lihat Arum? Kenapa dia gak ada di kelas?"
"Aku ga lihat, Mas." Jawab Abizar.
Abipraya dengan kecekatan luar biasa, menjitak dahi Abizar dengan tangannya. "Mas?"
"Maaf maaf, Pak. Abizar tidak lihat, Pak." Ucap Abizar mengoreksi ucapan sebelumnya.
Abipraya mengembuskan napasnya seraya menggeleng pelan. Ia mengacak-acak rambut Abizar yang mulai memanjang menutupi telinganya sendiri. Abipraya kemudian meninggalkan adiknya, Abizar, yang tengah mengelus dahinya dengan lembut. Abipraya yang khawatir berlarian kecil ke setiap kelas mencari sosok Arum. Kemudian ia terpikir, bisa saja Arum langsung pergi ke toilet. Menyadari hal itu, ia akhirnya menghentikan ayunan langkah kaki jenjangnya sembari mengusap rambut hitamnya sekilas.
"Pak Abi, sedang apa di sini? Belum mulai kelasnya, Pak?" tanya seorang pria yang menepuk punggung Abipraya dari belakang.
Abipraya membalikkan tubuhnya. "Eh, Pak Willy. Ini saya baru mau ke kelas, Pak."
"Kita jadi ada rapat tidak, Pak?"
"Rapat soal Arum itu ya? Sepertinya jadi, Pak Willy. Nanti bagian TU akan mengabari kalau ruang rapat sudah siap. Kita tunggu saja. Saya permisi dulu, Pak Willy."
Pria bernama Willy itu mengangguk dan berlalu sesaat setelah Abipraya meninggalkannya.
Sesampainya di kelas, Abi mengedarkan pandangannya kembali ke arah pintu kelas yang masih ia buka. Abizar nampak sedikit khawatir melihat sorot mata Abipraya yang tengah cemas. Ia tahu betul ketika kakaknya sedang cemas. Sapaan selamat pagi dari para mahasiswa menghalau kembali kesadaran Abi. Pria itu mengangguk kemudian mendorong handle pintu untuk menutupnya. Abi melenggang dengan tenang menuju meja depan.
"Hari ini kita akan membahas tentang filsafat Nicolas Bourrieaud." Ucap Abipraya membuka perkuliahan. Seketika wajah para mahasiswa di kelas menjadi muram dan putus asa.
.
.
.Arum terduduk di antara dosen-dosen yang berdiri mengelilingi meja panjang yang dikhususkan untuk rapat dan sebagainya. Kepala Program Studi Arum pun hadir untuk turut menasihati Arum. Pertemuan tersebut diadakan berdasarkan asas kekeluargaan. Akan tetapi, sejak Arum sampai di ruangan tersebut, Arum merasakan tensi yang tidak biasa. Salah satu dosen bernama Ghanisa cukup jengkel dengan Arum. Matanya berkilat menyala-nyala, kekesalannya pada Arum sudah tak bisa ditolerirnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Your Tears, My Angel
Romance☘️ ON GOING ☘️ Gadis dingin, kasar dan tak acuh pada sekelilingnya terjebak dalam bantuan sang dosen, Abipraya. Abipraya mencari tahu kendala yang Arum lalui selama masa perkuliahan karena Arum terancam didepak dari perkuliahan. Arum tak mau meliba...