TIGA PULUH ENAM

161 5 4
                                    

THALIA memencet tombol klik kiri pada mouse-nya berulang kali karena kesal akan kinerja komputer jinjingnya yang kian hari kian lamban. Desisan yang penuh rasa stress keluar dari mulutnya yang tipis. Patrick dan Arum memerhatikan Thalia yang sedang stress dengan wajah polos mereka.

"Kak Thal, gak pakai komputer kantor aja?" Tanya Arum hati-hati.

"Gak... aku males login WhatsApp Web." Jawab Thalia dengan cepat. "Sorry ya... gue lagi mau datang bulan. Rasanya susah banget buat stay calm."

"I-iya, Kak. Arum ngerti, kok." Ucap Arum.

"Gak, gue gak ngerti. Emang semua cewek pasti kaya lo ya, Thal?" Tanya Patrick yang murni penasaran.

"Coba lo bikin survey, kumpulin perempuan-perempuan yang lagi PMS, terus lo ganggu satu-satu. Tungguin aja hasilnya." Jawab Thalia sinis.

"Gak, deh. Males gue." Kata Patrick sambil menggeser kursinya ke desk Arum. "Rum, boleh gak gue kasih sedikit masukan buat desain lo yang kemarin?"

"B-boleh, Kak Pat." Kata Arum sembari menggeser agar bisa duduk berhadapan dengan Patrick.

Thalia ikut bergabung dengan Patrick dan Arum. "Oh iya, aku juga ada satu masukan buat kamu, Rum. Gak apa-apa, ya?"

"Boleh banget, Kak Thal." Senyuman Arum membingkai di wajahnya.

Patrick mengeluarkan ponselnya lalu memperlihatkan desain pada feed Instagram yang minggu lalu Arum buat. "Jadi, karena palet kita itu inspired by checkered pattern, warna yang mendominasi harus sesuai dengan pola kotak-kotaknya. Nah, di sini... komposisinya cukup bagus. Bakalan lebih bagus kalo lo bisa bikin warna birunya dominan. Karena posting-an yang sebelumnya kan warnanya putih, ya. Ini semacam evaluasi minor aja sih, Rum. Overall, gue suka banget sama desain-desain yang lo bikin."

"Makasih banyak ya, Kak Pat." Kata Arum seraya mengacungkan dua jempolnya.

"Oke... kalo dari aku sebetulnya udah terwakili sama Patrick. Satu lagi mungkin di posting-an ini aja. Aku gak tahu ya apakah ini kesalahan dari copywriting or dari kamu. Tapi, kalo kamu menemukan beberapa english words yang spelling-nya salah, better diperbaiki aja. Jangan takut kalo memang dari copywriting yang salah."

"Oh, iya iya, Kak Thal. Makasih banyak ya, Kak." Kata Arum.

"Oke, sama-sama, Rum. Jadi, kaya... di sini kan tertulis acheive, harusnya achieve." Tutur Thalia.

"Oke, Kak Thal. Ke depannya aku periksa lebih teliti lagi. Makasih ya, Kak Thal Kat Pat." Kata Arum.

"Sebenernya not a big deal juga, sih. Dan harusnya ini jadi tugas copywriting. Nanti aku coba evaluasi juga ke mereka, ya. Soalnya... Inka suka rada rese kalo ada yang misspelled kaya kemarin-kemarin. Mungkin dia belum sadar aja."

"Oke, Kak. Makasih banyak ya buat masukan-masukannya." Ucap Arum sambil mengangkat lagi kedua jempolnya seraya tersenyum lebar.

Thalia merangkul seraya menepuk-nepuk bahu Arum dan berkata, "Okay, good. Thanks juga, ya."

Arum meringis sakit ketika Thalia menyentuh bahunya yang sedang luka.

"Eh, kenapa?" Tanya Thalia yang langsung kaget dan langsung melepaskan tangannya dari bahu Arum.

"Kenapa, Rum?" Patrick berdiri untuk memeriksa keadaan Arum.

"Hm... enggak, Kak. Cuman lagi pegel linu aja." Arum terkekeh kecil, meyakinkan Thalia dan Patrick bahwa ia tidak apa-apa.

Save Your Tears, My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang