EMPAT PULUH DELAPAN

95 11 1
                                    

SELAMA perjalanan pulang kembali ke rumah, Abipraya tak berbicara sama sekali. Sependek atau sepanjang apapun pernyataan dan pertanyaan yang keluar dari mulut Isabella, Abipraya seakan tak punya satu pun jawaban. Kecewa, kecewa, dan kecewa. Hanya itu yang terus-menerus bertumbuh pada hati Abipraya. Kepercayaan dan rasa hormat Abipraya pada istrinya, sudah lenyap sama sekali.

"Mas, please. . . kamu tahu gak aku sangat tersiksa? Aku menyesal. Aku harus apa supaya kita bisa kembali ke semula lagi." Tanya Isabella sembari menyetir mobilnya.

Muak dengan pertanyaan-pertanyaan istrinya, akhirnya Abipraya buka suara. "Bel, aku lagi sakit. Boro-boro aku bisa mikirin itu. Aku boleh istirahat, kan?"

Isabella akhirnya menutup mulutnya.

"Setelah semua tingkah kamu, aku layak untuk dapat ketenangan. Sehari dua hari saja, apa susahnya." Kata Abipraya dengan lemas seraya menyenderkan kepalanya di jendela mobil seraya membenahi posisi duduknya agar mendapatkan rasa nyaman.

Beberapa jam sebelumnya...

Arum berjalan keluar meninggalkan kamar Abipraya. Akan tetapi, ia berpapasan dengan Abizar yang sedang menaiki tangga menuju kamar Abipraya.

"Rum, sini ikut aku." Abizar menarik tangan Arum dengan pelan dan membawanya ke kamar Inka. Abizar dan Arum lalu menutup pintu kamar Inka dan berdiri bersampingan dari balik pintu. "Ada Mbak Bella. Bukan apa-apa, aku cuma jaga-jaga aja supaya gak ada kesalahpahaman." Bisik Abizar selembut angin.

Arum mengangguk. "Iya. Aku paham. Makasih ya, Zar." Lirih Arum pelan.

Mereka pun mendengar Isabella dan Inka yang memasuki kamar Abipraya. Pada momen itu, Isabella terdengar sangat romantis dan peduli terhadap suaminya seolah mereka sudah dipisahkan ribuan tahun lamanya. Isabella merapikan barang Abipraya dan memasukannya ke dalam tas. Setelah bersiap, Isabella dibantu oleh Inka memapah Abipraya untuk keluar kamar dan pergi.

"Mereka sudah turun." Kata Abizar.

"Zar. . ." Lirih Arum.

"Aku sudah tahu, Rum." Kata Abizar yang ternyata matanya sudah berkaca-kaca. "Mbak Bella. . . aku tahu semuanya. Mbak Inka yang kasih tahu aku. Dia nangis sejadi-jadinya waktu cerita di parkiran kampus."

"Maaf. . ." Kata Arum turut merasakan kemarahan dan kekecewaan yang dirasakan oleh Inka dan Abizar. Arum tidak menyangka kalau Inka dan Abizar ternyata sudah tahu tentang kabar tersebut. Arum kembali berpikir apakah dirinya pernah tak sengaja membuka rahasia Isabella kepada kedua adik Abipraya.

Abizar membuang muka seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Bibirnya bergetar, alisnya berkerut sedih, mukanya mulai memerah menyala seperti sedang menahan emosi.

Setelah dipikirkan berulang kali, Arum yakin kalau ia tidak pernah membocorkan apapun tentang Isabella. Pada akhirnya, bangkai yang disembunyikan akan tercium juga baunya, pikir Arum.

"Mas Abi. . . dia orang yang paling baik yang pernah aku punya. Beruntung sekali kami punya kakak seperti Mas Abi. Berkali-kali ia dikhianati dalam hubungan, ia tetap memberikan kesempatan pada orang yang sama yang telah menghancurkan hatinya. Perempuan adalah kelemahan Mas Abi. Dia tidak bisa menyimpan dan menitipkan perasaannya pada perempuan yang baik. Sejak dulu selalu seperti itu. Dia selalu diselingkuhi. Mbak Inka bilang. . . ini karma dari ayah kami. Tapi, aku tidak mau percaya itu."

Arum turut menggelengkan kepalanya, tak setuju. Matanya lekat memperhatikan wajah Abizar dengan penuh perhatian.

"Sekarang, melihat Mas Abi rasanya seperti melihat Ibu waktu dulu. Dikhianati, dikecewakan, tapi ia tidak bisa berkata dan bertindak apa-apa. Lalu, Mas Abi datang menyelamatkan Ibu. Sekarang, Mas Abi yang dikecewakan dan aku gak bisa membantu Mas Abi. . . sama sekali tidak bisa karena Mas Abi tidak pernah cerita kalau ternyata dia setidak-bahagia itu." Abizar memijat kedua sudut matanya untuk menyembunyikan tangisnya. Kata per katanya terdengar begitu menyakitkan. Gaya bicaranya saat itu terkesan sangat lemah tak berdaya. Berbeda sekali dengan Abziar yang Arum kenal sehari-hari.

Save Your Tears, My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang