Prolog

4.3K 174 20
                                    

It's too cold, for you here, and now so let me hold both your hands in the holes of my sweater

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

It's too cold, for you here, and now so let me hold both your hands in the holes of my sweater.

"You choose to stay, but why your heart is gone?"
.
.

(Kamandaka City, 4 Years Ago)

Rosario di tangan kanan sang perempuan tergenggam. Buku-buku jemarinya menguat sejalan dengan lantunan doanya di depan salib ruang ibadah dalam rumahnya yang tenang. Bibirnya bergetar memanjat pengampunan pada Tuhan seiring dengan matanya yang terus mengeluarkan cairan bening yang sulit dibendung.

Berjibaku dengan dosa masa lalu, selalu menghantuinya setiap saat. Detik demi detik, menit demi menit, hingga jam berlalu, ia masih bersimpuh.

Tengah malam sunyi yang menakutkan baginya. Tidur tidak tenang karena hatinya itu masih bimbang. Harta, takhta dan Sean Brahmasta, tidak mampu menyembuhkan luka.

Bohong jika ia tidak melibatkan perasaan sama sekali ketika berhubungan dengan mendiang lelaki mata rubah itu. Meski raganya tiada, tapi peluknya masih membekas. Dan Dara ingat semua, segala kehangatan seorang Airlangga di saat Brahmasta tidak mampu menggenapinya kala itu.

Mengingat Airlangga dalam benak, ikut melukainya. Menyayangi Yonaviar Airlangga Damarputra itu menyakitinya juga.

Terang saja, jelas begitu ketika ia justru menyadari bahwa ruang untuk mantan lelaki simpanannya itu sama besarnya dengan ruang untuk sang suami yang sekarang sedang tertidur pulas di kamar mereka.

Atau bahkan lebih besar? Dara tidak tahu, tiada parameter pasti dalam pengukuran kedalaman cinta yang diperuntukan untuk seseorang. Bukan begitu?

Ini kejam.

Ini tidak adil untuk Sean, untuk Yonaviar juga.

Seiring dengan bertambah besar usia kandungannya, seolah bertambah besar pula dosa yang ia pikul, ia jaga dan akan ia besarkan.

Yonaviar Airlangga sudah tidak ada, tapi di rahim seorang Dara tumbuh benih lelaki itu. Lelaki yang bukan suaminya. Seolah memelihara sebuah dosa, Dara berkali-kali berusaha menghilangkan mereka.

Kembar katanya, dosanya ada dua rasanya.

Usai surat itu, usai dirinya membaca surat sialan itu, si perempuan penabur garam dalam luka baru menyadarinya, kehilangan Yonaviar tidak sesederhana perkiraannya.

Serakah memang, nyatanya ia mencintai keduanya. Sang suami, juga sang kekasih. Perasaannya makin parah, kecamuk dan kemelut batinnya tidak bisa berhenti.

Reversed ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang