Chapter 29: Kerosene

496 70 24
                                    

Sebuah tangan kecil dengan halus memegangi dahi dan pipinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah tangan kecil dengan halus memegangi dahi dan pipinya. Dara terbangun saat anak lelakinya itu berkali-kali memanggil namanya. "Bunda? Bunda..."

"Yonaviar."

"Serapine..." Anak lelaki itu menunjuk adik perempuannya yang tengah menggigil. "Serapine, Bunda." Dara buru-buru terbangun ketika mendengar nada panik dari si sulung, tanpa banyak berpikir ia menempelkan tangannya pada Serapine yang menggumam tak jelas dalam tidurnya.

Dahi bocah kecil itu dipenuhi keringat, hawa tubuhnya panas hingga membuat Dara ketakutan setengah mati. "Sera sayang..."

Dara merapikan diri usai memeluk anak perempuannya itu. Ada hal yang perlu ia lakukan sebagai seorang ibu yang berusaha melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya.

"Yonaviar."

"Iya bunda..."

Dengan patuh Yonaviar menghampiri ibunya.

"Bunda mau pergi untuk telepon Om Gama. Kamu jagain adek dulu oke?"

Yonaviar mengangguk, bocah itu begitu menyimak apa yang Dara katakan, dengan perlahan mengikuti kalimat ibunya untuk mengingat-ingat.

"Ada susu di kulkas."

"Ada susu di kulkas." Dara menjulurkan tangannya mengusap Kepala anaknya. Perempuan itu berlutut dan tersenyum lembut.

"Kalau kamu laper, Bunda udah masakin nasi goreng ya."

"Kalo Yon laper, Yon makan nasi goreng Bunda ya."

Dara menganggukan kepala.

"Bunda nggak akan pergi lama."

"Iya."

Begitu mengenakan sepatu dan masker di wajahnya agar tak dikenali oranglain, Dara menatap Yonaviar lagi. Anak lelakinya benar-benar berdiri tepat di belakangnya dan menunggu Dara memerintah. "Yon, jagain adek dulu ya."

"Iya, Yon jagain Sera."

"Jangan berantem ya?"

"Enggak berantem."

Usai tersenyum dan mengunci pintu kemudian Bergegas pergi, Dara mencari minimarket terdekat, ia akan membeli plaster, serta obat yang masih bisa dijangkau oleh uangnya. Tak lupa, dirinya meminjam ponsel dari kasir untuk menghubungi adiknya. Uangnya tidak cukup membawa Serapine ke dokter. Terkutuklah sifat egoisnya. Terbersit keinginan untuknya menghubungi Sean, namun pikiran itu urung karena adiknya sudah bicara di sebrang sana.

"Gama!" Air mata langsung mengalir deras dari kedua netranya. "Gama, bisa tolong kakak?"

"Lo dimana? gila! lo pergi kayak lagi nggak butuh dunia!" Amarah terdengar jelas di balik telepon. "Lo harus tau seberapa desperate Suami lo nyariin lo dan anak-anak tanpa membawa keributan sana-sini! Kak Dara, bisa nggak sih kalau ada masalah, diselesein dulu, jangan main kabur dan pergi. Dewasa sedikit?"

Reversed ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang