Separuh lagi, badannya terendam seluruhnya. Bathub yang kerannya terus mengalirkan air semakin penuh disetiap detik debit itu berjalan mengisi.
Tujuh hari lalu, dirinya melihat suaminya menangis di depan seseorang yang menyebut dirinya romo. Memergoki lelaki kuat miliknya menangis karena dia, tentu membuat perasaannya kembali tersayat rasa bersalah. Menerima anak-anak yang dikandungnya, seperti anak sendiri, tentu tidak mudah.
Penyesalan seorang Andara semakin bertambah, ketika tadi pagi adalah kontrolnya kesekian ke rumah sakit. dipastikan dirinya dapat dua anak, mereka kembar. Satu laki-laki satu lagi perempuan. Tuntutan Sean mencintai anak oranglain dua kalilipat lebih besar. Ketidaktegaannya melihat Sean harus berusaha sedemikian rupa untuk merengkuhnya lagi, semakin menumpuk.
Dara ingin pergi. Suaminya tidak berhak mendapat perempuan yang nantinya akan menambah kepedihan pada detik-detik yang terus berjalan setiap hari. Semua akan lebih buruk jika Sean menyesal nanti.
Perempuan yang saat ini sedang menenggelamkan dirinya itu tak paham, mengapa Sean memilih mendekap tanaman penuh duri? Atau kini dirinya sedang menyesal karena menjelma menjadi sesuatu yang bisa menyakiti, selayaknya bom waktu, kegigihan Sean yang terus terluka itu akan menyengsarakan dia, atau setidaknya menjadi beban bagi mereka berdua.
Sang puan ingin suaminya bahagia, Sang Tuan ingin puannya juga gembira. Lantas bagian mana dalam diri mereka yang terasa salah?
Yonaviar sudah beberapa bulan pergi, adiknya juga sudah berminggu-minggu lalu dapat melihat lagi, sejatinya ini tampak normal, tapi kenormalan semu itu menyisakan kegetiran semata.
Gelembung-gelembung udara mulai menyembul ke permukaan ketika Dara merasakan dirinya seperti tenggelam, perih di tenggorokan atau sesak di paru-parunya terasa lebih sederhana ketimbang bernapas normal. Kalau mati menyusul Yonaviar mampu meringankan beban suaminya, bukankah hal itu patut dicobanya?
Lalu tangan itu datang menariknya, lengan itu langsung merengkuhnya. Apa benar ada suami seperti dia? Yang rela terus menerus merasa sakit hanya demi mempertahankan sesuatu yang Dara yakini bukan lagi cinta.
Dia Sean, dengan wajah kalut, sorot netra panik, dan badan yang gemetar.
"Kamu apa-apan Ra?" lirihnya pelan. Masih sambil menarik seorang perempuan yang detik lalu siap mati. "Kamu ngapain..."
Masih terdiam dan memejamkan mata, Dara yang penuh gigil hanya menjawab seadanya. "Nggak mau buat kamu menderita."
Sekian waktu kemudian tentulah Sean menangis, "Kalo kamu mati, saya gila Ra. Menderita lebih dari ini."
"Aku hidup pun kamu menderita, Mas Sean. Sama aja."
"Kamu tega ya mengatasnamakan kebahagiaan saya sebagai ajang lari dari semua ini hanya untuk meringankan rasa bersalah kamu aja, Dara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reversed ✓
Romance[Sequel of Antistrafei] Disarankan membaca Antistrafei terlebih dahulu "Katanya, kalau kamu jatuh cinta dengan dua orang secara bersamaan, maka pilihlah yang terakhir, karena kalau kamu benar-benar mencintai yang pertama, kamu tidak akan berpaling k...