Chapter 12: Bad Souls

708 87 16
                                    

I'm a natural disasterBut even after all that I doIt's you who's gonna be the death of meAnd none of this mattersBaby, it's you, it's youYou're bad for my healthI should probably get some helpI can't control myself, I'm addicted to the hell

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I'm a natural disaster
But even after all that I do
It's you who's gonna be the death of me
And none of this matters
Baby, it's you, it's you
You're bad for my health
I should probably get some help
I can't control myself, I'm addicted to the hell

-

"Skak, and you dead, Kalandra."

Reira bertepuk tangan riang, empat ronde memainkan catur, tak satupun dari ronde itu dimenangkan lelaki bernama Kalandra.

Kalandra merasa hebat sebelumnya, ia sesumbar di hadapan Reira bahwa dirinya juara bertahan lomba catur kota Kaorish semasa kuliah dulu. Hal yang membuat lelaki itu begitu menyesal karena menyombongkan diri di depan perempuan ini.

Lekaki itu tidak tahu, bahwa orang gila seperti Reira termasuk pandai bermain catur.

Omongan orang soal keluarga Brahmasta yang memiliki otak brilian, bukan pembicaraan kosong semata.

"Lagi!" seru Reira ketagihan pada lekaki bernama lengkap Kalandra Setiabumi di hadapannya itu.

"Apa lagi yang mau lo buktiin? Gue udah kalah empat kali, ambil deh, gelar juara is yours!" ketus Kalandra sebal.

Reira memilin rambutnya, ia berpikir sejenak sebelum akhirnya menyusun lagi buah catur pada papan catur di depannya.

"Yaudah gue main sendiri."

Kalandra menyerah, ia harus menuruti perempuan di depannya karena hatinya terlalu mengasihani. Lagipula, ketimbang Reira menontoni foto Yonaviar dan tak berkutik selama beberapa jam, lebih baik begini, Kalandra jadi tidak perlu merasa takut karena Reira tampak normal.

Tapi keranjingan main catur.

"Sepupu gue, Sean yang ngajarin gue main catur, dia juara bertahan di keluarga gue, dan gue bisa ngalahin dia ketika dia umur dua puluh satu. Walaupun sekali, seenggaknya gue pernah ngalahin seorang Sean Brahmasta."

Mendengarkan Reira bicara, sejatinya tak buruk. Perempuan itu memang banyak bicaranya, satu jam lebih dia bisa bicara tanpa jeda dan haus.

Seperti yang dirinya lakukan saat menceritakan soal Yonaviar Airlangga. Mungkin, hari ini tema yang akan dibawakan Reira adalah menyangkut sepupunya, Sean Brahmasta.

"Pak Sean, itu hebat banget emangnya?"

Mendengar soal Sean, Reira jadi ingin menyombongkan diri. "Ya Tuhan nggak perlu ditanya! Dia ahli perhitungan dan perencanaan."

Reira mengangkat alisnya, matanya melihat ke langit-langit ruang televisi di vilanya, lalu kembali menjalankan pion setelah gilirannya mampir. "Dia anak ilmu alam di SMA dulu. Meski gitu, kemampuan komunikasinya juara, karena Om Surya mengemban tugas dari keluarga gue di sektor politik, jadi mau nggak mau Om Surya harus memaksa Kak Sean masuk jurusan yang dibutuhkan dia untuk melanjutkan kursi politik."

Reversed ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang