Chapter 34: Rope

698 61 24
                                    

Fool me once, fool me twice

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fool me once, fool me twice. Are you death or paradise?

Keduanya berada di ruang yang sama, mengawasi objek yang sama, tersenyum pada hal yang sama. Serapine dan Yonaviar melambaikan tangan ke arah kedua orangtuanya yang mengantar mereka ke sekolah. Lalu tubuh mungil mereka menghilang di balik dinding-dinding beton bangunan sekolah mereka.

Dara dan Sean masuk kembali ke mobil, mereka bergegas pergi ke rumah sakit, untuk kontrol rutin kondisi kehamilan. Dara ingin pergi sendiri tadinya, tapi lelaki yang masih berstatus suaminya memaksa untuk mengantarkan, jadilah keadaan kaku di dalam mobil, hanya diisi oleh deru napas mereka. Sean menyetir sendiri, sengaja, dia hanya ingin menghabiskan waktunya berdua bersama sang istri, salah satu dari beberapa hal yang mampu membuatnya bahagia sementara. Benra, berdua dengan Dara membuatnya bahagia, walau kini ia harus menerima kenyataan bahwa tak ada bahagia yang tahan selamanya.

Dara terdiam, memandangi sisi samping, matanya menatap ke luar Jendela, tak ada hal yang lebih menyesakkan ketimbang berada di mobil, berdua dengan Sean dan tanpa obrolan hangat.

"Sejak kapan kamu bisa naik mobil?" tanya Sean hati-hati, membuka percakapan.

Dara menoleh, matanya memperhatikan raut wajah Sean, tampak letih, tapi berusaha tetap tenang, menjaga emosinya. "Sejak... sama Yon," jawabnya jujur, lalu membuang wajahnya ke luar jendela, lagi.

Sean mengangguk, hembusan napasnya terdengar berat. "Thats.... good."

"Iya, dia ngebolehin aku melakukan sesuatu yang kamu larang." Dara menjawab Sean lagi, kali ini suaranya mendadak serak.

Sean terdiam, mencoba mengalihkan situasi yang tak Dara perbolehkan. Perempuan itu tersenyum. "Tau apa yang lebih menyedihkan dan kejam sekaligus?"

"Dia nyuruh aku kabur dari dulu, selagi masih ada kesempatan. Tapi aku diem dan terus berharap sama kamu. Bodoh ya?"

Sean tetap tak menjawab, rahangnya mengatup dan menengang. buku-buku jemarinya memutih, terlalu erat menggenggam stir kemudi di hadapannya. "Maaf." Hanya itu yang keluar dari kedua belah bibir Sean, mereka tak lagi bicara hingga sampai di rumah sakit.

Dokter Merlin memeriksa keadaan si ibu hamil, Sean memperhatikan semua tahap pemeriksaan. Wajahnya cerah ketika melihatlayar monitor USG, detak jantung janin yang dikandung Dara begitu membuatnya ingin menangis. Setidaknya, ada yang membuat harinya begitu berwarna di antara hari-hari kelabu lain.

"Bu Dara berat badannya turun, ada keluhan?"

Dara hanya tersenyum dan menggeleng. Dokter Merlin menjelaskan berbagai resiko yang dialami Dara kalau kondisi ini terus berlanjut. Memastikan bahwa kondisi mental dan fisik sang ibu harus stabil adalah tugas dari kedua pasang suami istri. Dara makan teratur, dia minum semua vitamin yang dianjurkan, dirinya juga meminum susu dengan rutin. Hanya saja, setiap malam, dia menangis sendirian.

Reversed ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang