Chapter 16: Piece of Their Past

691 72 20
                                    

Situasi kian pelik ketika Sean tak mendapati kekasihnya di tempat biasa mereka janji untuk bertemu kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Situasi kian pelik ketika Sean tak mendapati kekasihnya di tempat biasa mereka janji untuk bertemu kemarin. Dara benar-benar menghilang, sudah dua hari. Ucapan seseorang yang bilang Dara dipaksa masuk mobil biru tua, semakin membuat Sean ketakutan, takut bahwa Dara benar-benar dalam bahaya.

Kalau saja tak ada orang yang membenci Papa Sean, perempuan itu tak perlu berada dalam ancaman. Dara menghilang, dan itu karena keluarganya--setidaknya, begitu perkiraan Sean, Dara menghilang dan itu karena permasalahan politik Surya kemarin.

"Pa, saya akan lapor polisi," ujar Sean begitu mendengar suara sang ayah di seberang sana.

"Kamu jangan gegabah Sean, media bisa tahu nanti malah mebimbulkan huru-hara."

"Papa, nyawa seseorang lagi dalam bahaya, masih bisa mikir reputasi?"

Surya membentak Sean diseberang sana. "Orang Papa sudah papa bayar untuk mencari pacar miskin kamu itu, lagian kalau dia mati, nggak akan ada pengaruhnya sama dunia, Sean."

Sean memijit pelipisnya putus asa, nyaris menangis. Tangan kanannya masih memegang kemudi, tangan kirinya mecengkram kuat ponsel. "Dara itu manusia, Pa. Jangan perlakuin dia like she has nothing impact, dia berharga buat banyak orang, buat saya. Saya akan lapor polisi."

"Sean, kalau kamu lapor polisi, jangan salahin Papa ketika anak buah Papa nemuin pacar kamu duluan, dia beneran akan menghilang dari kota Kamandaka selamanya."

"Papa!" Lelaki muda Brahmasta itu memukul kemudinya terlalu keras. Suaranya serak, kepalanya terlalu sakit memikirkan banyak kemungkinan.

"Kamu tinggal duduk tenang, Sean. Orang suruhan Papa akan cari perempuan rendahan itu."

"Kalau sampai sesuatu terjadi sama Dara, Say-"

"Kalau kamu ancam Papa, semakin ingin rasanya Papa menghilangkan perempuan itu. Mengerti, Sean?"

Telepon terputus. Menyisakan gurat yang semakin cemas dari wajah Sean Brahmasta. Hingga salah satu anak buah Papanya, mengirimi sebuah lokasi, dimana Dara telah ditemukan.

Sean membanting setir, memindahkan haluan ke sebelah kanan, mengikuti arah dari peta elektronik, semakin menaikan kecepatannya, hingga lajuan mobilnya yang sembarangan tak beraturan membuat beberapa klakson dari mobil lain yang dilewatinya.

Lelaki muda Brahmasta itu tidak peduli, ia tidak takut mati, ia lebih takut perempuan itu terbalut masalah karena prahara yang tidak sederhana dan itu dari keluarganya.

Dara agak babak belur, matanya sembab ketika Sean sampai ke tempat kumuh yang dijadikan penyekapan. Mata Sean terbelalak ketika dua orang yang dikenalnya, Arawinda dan Diah Pitaloka, terlihat begitu ketakutan.

"Mereka yang nyekap cewek ini, Mas."

Berkilat marah, dua obsidian bermanik hitam itu langsung menghentak kedua perempuan tadi dengan kata-kata dan pertanyaan, soal kenapa, dan bagaimana bisa? Lelaki itu butuh jawaban.

Reversed ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang