Chapter 22: My Dearest Family

628 63 5
                                    

Semenjak pulang dari columbarium, Reira sama sekali tidak membuka suaranya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semenjak pulang dari columbarium, Reira sama sekali tidak membuka suaranya. Seluruh makanan di meja makan kini tak tersentuh, padahal yang Reira gemari adalah makan. Perempuan itu biasanya selalu mencicit sepanjang hari, memenuhi rongga telinga Kalandra soal apa saja, atau dia akan bolak-balik keluar masuk kamar hanya untuk berdandan, keluar memakai baju berbeda yang warna-warni sambil memamerkan kemampuan berdadannya. Reira yang biasanya akan mengajak Yonaviar--atau foto Yonaviar, bicara mengenai banyak hal, khas orang gila. Reira yang biasanya akan mengomentari setiap hal yang Kalandra lakukan mulai dari mencuci piring, merokok atau bahkan mendengkur. Seorang Reira akan mebeokan suaranya pada setiap menit di film-film yang ia tonton, protes pada jalan cerita, mencaci maki pemainnya. Reira secara teratur membuat Kalandra sakit kepala dengan permintaan atau tantangan anehnya mulai dari masak makanan Korea atau sampai bermain piano tiles dengan kecepaan diluar nalar manusia.

Yang jelas, Reira biasanya tidak begini, terdiam menggigiti kuku, mencemaskan sesuatu yang Kalandra yakini berasal dari apa yang ia dengar tadi siang. Hal ini lebih menakutkan ketimbang Reira yang super duper berisik itu.

Siang tadi sungguh hal yang jelas-jelas berada di luar dugaan Kalandra. Lelaki itu tadi sempat merebahkan diri di mobil saat satu mobil yang ia kenali terparkir tepat di hadapan mobilnya--Mobil Sean untuk menjalankan tugasnya. Bagaimana bisa matanya tidak terbelalak ketika melihat siapa yang datang pada columbarium mewah milik orang-orang kaya ini.

Seorang perempuan tua tetapi tetap cantik berbalut baju resmi turun dari mobil itu sambil melepas kacamata hitamnya. Lalu ada perawakan lain yang mengikuti perempuan itu turun dari kursi kemudi, laki-laki muda dengan tinggi rata-rata, memiliki tatapan dingin nyaris mirip seperti Yonaviar Airlangga. Keduanya berbincang cukup lama sebelum menatap bangunan semi indoor besar bertiang kokoh yang berada di depan hamparan tanah lapang luas tempat dimana guci-guci cantik itu bersemayam. Kalandra tak perlu lagi menebak kedatangan Agnes Damarputra Airlangga ke tempat pemakaman ini untuk apa, jelas-jelas untuk menyambangi putranya.

Seharusnya hal itu tidak menjadi masalah, tidak ada yang salah dengan seorang ibu yang pergi ziarah makam anaknya, yang terasa mencenangkan tentu saja karena Reira sedang berada di dalam sana juga, ke tempat yang sama dengan tujuan ibu Yonaviar ini.

Mungkin gadis itu sedang bicara banyak hal di sana, tertawa sendiri atau bahkan menangis jelek dan diantara semua hal perkiraan Kalandra itu, tidak ada yang benar-benar bagus ujungnya kalau mereka bertemu.

Kalandra tahu penyebab Adi Airlangga masuk penjara. Reira bercerita banyak soal masa lalunya. Apa yang akan terjadi jika istri Adi itu melihat seseorang yang menyebabkan kemalangan keluarganya berada di depan makam sang anak? apa akan terjadi insiden saling jambak? atau mungkin lebih parah. Akan ada saling bunuh berdarah-darah?

Kalandra menggelengkan kepalanya. Ia melihat dua orang tadi telah melenggang menjauh. Dengan segera dirinya turun dari mobil dan berlari memutar. Pertama, dirinya tidak mungkin berlari di hadapan mereka menuju ke tempat Reira berada, itu cari mati namanya. Kedua, dia tahu Reira tak sebodoh itu berdiri mematung ketika melihat dua orang berjalan mendekat, pasti perempuan itu juga akan bersembunyi. Kalandra berlari kencang, melawan arah angin yang berhembus dari selatan. Menuju etalase-etalase yang ditempel di dinding. Menerobos baris-baris dari guci lewat belakang bangunan. Dan ketika Enam dari delapan deret telah dia lewati, lelaki itu mendapati Reira berjongkok. Seperti dugaannya, gadis itu sedang bersembunyi.

Reversed ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang