Chapter 2: Bitter

1.5K 137 33
                                    

"Ra, mau nggak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ra, mau nggak?"

Yonaviar mengangkat dua cangkir kopi dan berjalan ke arah perempuan yang sedang sibuk-sibuknya memilih belanjaan mana saja yang akan ia bayar dari toko online berwarna oranye itu.

"Ngapain nawarin dah lo? Orang udah dibuatin?"

Dara tersenyum sembari tangannya terulur untuk menerima cangkir putih dari lelaki Airlangga itu. "Thanks."

"Mhh.... Kayaknya e—" Dara menyemburkan kopi dengan rasa kelebihan gula dari lelaki yang sedang tertawa di depannya. "Breng—"

Satu kecupan Yonaviar membungkam Dara yang belum selesai melanjutkan kalimatnya. Detik selanjutnya yang Yonaviar lakukan adalah menjulurkan lidah seolah meledek perempuan yang terpaku sepersekian detik karena ulahnya barusan. "—Sek? Mau coba kopi punya gue?"

Dan Dara menyemburkan kopi untuk kedua kalinya. Laki-laki itu tertawa lagi, diusapnya pelan rambut perempuan yang merengut di hadapannya itu.

"Pahit banget, Yon!"

"Better than the coffee you drink lately?"

"Iyasih."

"Pahit selalu jadi yang terbaik. Dia nggak membohongi, nggak kayak manis..."jawaban dari Yonaviar membuat Dara tersenyum tipis.

"Semua nggak enak kalo nggak sesuai porsi, Yon." Manik mata perempuan di hadapan Yonaviar terlihat sendu. "Terlalu pahit pun nggak enak."

Yonaviar menatap Dara dengan tatapan penuh sekarang. "Semua nggak enak kalau nggak sesuai porsi, ya? cinta lo sama Sean, kadarnya udah pas atau berlebihan?"

Dara terdiam. Ia membuang wajahnya ke luar jendela. Pagi yang cerah dengan pembicaraan yang membuat lelah. "Kurangin porsinya sebelum sakit."

"Udah terlanjur sakit."

Yonaviar memainkan rambut perempuan itu, masih dengan wajah muram, Dara menoleh. "Gue udah sakit," ulangnya.

"Apa gue nggak cukup?" tanya Yonaviar. "Apa gue nggak cukup jadi penawar?" lanjut lelaki Airlangga itu.

"Yon...."

"Gue sampai di titik dimana, i would literally commit every possible crime for you. Dan gue nggak bisa mengurangi kadar untuk lo, Parah ya?"

Dara tertawa, yang Yonaviar ucap barusan masuk kategori berlebihan juga soalnya. "Cih, nasehatin tapi sendirinya nggak sadar ya kalau udah kebablasan?"

"Sadar banget. Nggak apa-apa, lagian lo nya juga nggak kepengaruh, kan?"

Dara menyandarkan kepalanya pada bahu Yonaviar. "Gue nggak bisa kasih apapun."

"Udah tahu, gue akan selalu tahu."

Sambil mengeratkan pelukan, perempuan di samping Yonaviar meraih tangan penuh tato milik lelaki itu. "Every crime, Yon? contoh?" pertanyaan untuk mengalihkan pembicaraan menyedihkan barusan, Dara utarakan.

Reversed ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang