Chapter 25: Clueless

568 58 28
                                    

Pagi ini mungkin akan lebih baik dari beberapa hari kemarin, atau jika tidak, biarkan Dara berpikir begitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini mungkin akan lebih baik dari beberapa hari kemarin, atau jika tidak, biarkan Dara berpikir begitu. Dengan enggan, ia tetap memaksakan diri membuka mata, membiarkan sinar-sinar terang dari jendela menyapa kulitnya. Suara pancuran air menyala terdengar, Sean selalu bangun lebih pagi darinya akhir-akhir ini. Suasana hatinya yang memburuk perlahan memudar ketika dirinya berdiri tepat di depan jendela yang telah terbuka.

Matahari ramah, meninggalkan kelam karena hujan beberapa hari belakangan.

Kurang lebih empat hari, ia mendiamkan suaminya, Seanpun berlaku hal yang sama, membiarkan Dara membuat jarak agar hatinya nyaman. Lelaki itu tahu, Dara butuh ruang, perlakuan Papanya berhari- hari lalu membuat Sean tak enak hati pada sang istri. Nampaknya jarak yang mereka buat membuahkan hasil, Dara cukup rindu memeluk suaminya saat tidur. Punggung bertemu punggung, itu cukup dingin.

Sebelum Sean keluar dari kamar mandi, Dara membuka laci dimana ia meletakan dasi-dasi Sean, ia memilih dasi yang letaknya paling kanan, dasi berwarna abu-abu, pemberiannya saat masih berpacaran dulu. Ketika Dara menoleh, ia mendapati Sean berdiri di ambang pintu kamar mandi, dengan canggung kakinya melangkah mendekat, sudut-sudut bibir terangkat ke atas. Melihat Dara tersenyum, Sean tampak lega. "Halo?" sapanya.

"Halo," respons istri Sean. "I miss you."

Tanpa basa-basi, Sean tertawa keras, keningnya mengernyit tetapi wajahnya cerah, "Apa?"

"Nggak tahu..." jawab Dara cepat. "Kangen."

"Nggak jelas." Ucapannya yang meledek tak menghalangi Sean merengkuh istrinya. Dengan perlahan tangan lelaki itu membenarkan anak-anak rambut sang istri yang mencuat. Ibu jari Sean bergerilya pada setiap inchi wajah istrinya, mata, pipi, hidung dan bibir. "Super nggak jelas."

Ini mungkin menjadi kesempatan Dara untuk memperbaiki hubungan renggangnya, sudah berapa lama Sean tak menyentuhnya? seminggu? dua minggu? tidak lagi peduli dengan kondisi kesehatannya di bawah sana, Dara butuh Sean. Dihisapnya ibu jari yang tadi sempat membelai lembut wajahnya. Kehilangan akal sehat, ia membutuhkan afeksi suaminya.

"What do you want?" Sean tahu apa yang dilakukan istrinya, Sean tahu ujungnya Dara akan membawanya ke ranjang. Tapi kekhawatirannya soal keadaan kesehatan terakhir perempuan ini membuat dirinya meragu.

"You," jawab Dara pelan, membungkam Sean yang terhenyak sesaat menerima serangan brutal istrinya. Bibir bertemu bibir, dari kecupan kecil berubah menjadi lumatan yang berselang cukup lama. "Aku denger kamu semalem di telepon." Masih sambil mensejajarkan dirinya dengan berjinjit, Dara menarik telinga Sean agar semakin mendekat pada bibirnya. "Mau pergi dua hari sama Farrel kan?"

Kelopak Sean membesar, ia menatap Dara dengan ekspresi penuh tanya, berharap perempuan itu tak mendengar semuanya. Tentang dia yang akan masuk lagi ke dunia pemerintahan, tuntutan Surya tempo hari. Sean akan bicara nanti, tapi hari ini belum saatnya Dara tahu. Ada banyak hal yang terasa mengganjal, lelaki itu belum menemukan cara yang tepat untuk memberitahukan istrinya. Suasana hati Dara baru saja membaik, cukuplah hari ini istrinya merasa begini. "Eh?"

Reversed ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang