Chapter 27: Wildfire

607 64 7
                                    

Sean membuka kancing kemeja teratasnya di mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sean membuka kancing kemeja teratasnya di mobil. Usai mengantar kedua buah hatinya ke sekolah mereka, lelaki itu bahkan tak sabar sarapan dengan perempuan yang paling ia puja di dunia. Sean meninggalkan rumah selama beberapa hari, kepulangannya kemarin juga sempat ditunda karena urusannya yang belum usai. Jadi hari ini adalah hari yang ia dedikasikan untuk bermanja ria begitu sampai. Oh, suasana hati istrinya hari ini cukup baik, kalau ditilik dari apa yang tadi ia saksikan.

Sebenarnya, masih ada beban besar yang bersemayam di dalam hatinya, terutama sejak ia memutuskan menuruti perintah keluarganya. Tapi ajaibnya ada hal yang membuat dirinya merasa lega, karena untuk pertama kalinya sejak beberapa bulan terakhir, publik melupakan kejahatan-kejahatan keluarga Brahmasta.

Benar, berkat pengalihan isu yang dirancang sedemikian rupa itulah keluarganya bisa bebas sejenak.

Meski Sean tahu itu adalah kesalahan, menggadaikan hal-hal baik yang selama ini digenggamnya mati-matian, tetapi begitu dirinya melihat titik terang masa depan yang bisa ia raih, semua hal yang telah dilakukannya terasa benar. Atau setidaknya, dia ingin merasa begitu. Semua kejahatan menjadi kabur dan abu-abu. Keluarga kecilnya kemungkinan besar tidak lagi dianggap bagian dari keluarga penjahat.

Getar ponsel membuat ia yang tadi memejamkan mata kembali membuka kelopak gandanya itu. Nama Farrel menjadi nama yang terpampang di layar ponselnya.

"Halo? Rel, tolong jangan soal kerjaan. Saya--"

"Sean." Farrel di seberang telepon terdengar begitu kalut. "Bahaya."

"Bahaya?"

"They already know!"

"Apasih?"

"Tentang kamu dan semua hal yang kamu laporkan. Orang-orang itu tahu."

Sean terhenyak. Lelaki itu yakin dia bermain rapi meski menjadi satu-satunya yang membuat kegaduhan akhir-akhir ini. "Apa? siapa yang tahu?"

"Semua orang. Masyarakat, ada yang bocorin nama kamu." Farrel memekik. "Oke, itu semua nggak masalah bagi masyarakat kalau mereka tahu, ternyata kamu si pelapor. Masyarakat pasti nganggep kamu pahlawan kuda putih mereka lagi karena kamu berhasil mengungkap kejahatan lain. Tapi nggak bagi nama-nama keluarga yang keluarga besar kita mau hancurin, Sean." Farrel mendesah. "Mereka tahu, selain fakta, kita juga menyelipkan fitnah. Sean.... masalah utamanya adalah sasaran kebencian mereka udah pasti ke kamu, Orang-orang yang berusaha keluarga kita jatuhkan, pasti mengerucutkan musuh dan itu kamu. Mereka lagi berusaha melakukan pembelaan, dan kalau sampai beberapa isu terbukti salah, kamu satu-satunya... Oh Ya Tuhan bahkan aku nggak sanggup ngelanjutinnya."

Sean menggeram marah ketika hal yang tak diduganya menyebar, mereka semua yang telah dilaporkan olehnya kini mengetahui bahwa dialah dalang dari banyak rumor. Sean pikir, usai melaporkan ke pihak berwajib apa yang disuruh oleh keluarga besarnya dan para sekutu mereka, dia tak terjerat masalah lain, tetapi dugaannya seratus persen salah, perkara namanya yang menjadi pelapor atas banyak kasus itu bocor dan diketahui semua pihak. Sebelum ini, Ia bahkan sudah siap menanggung beban moral sendirian selama sisa hidupnya, tak apa asal keluarga kecilnya aman dari masalah. Namun kalau sudah begini, apa yang dia lakukan tentu sia-sia, apa yang ia perbuat justru menjadi bom waktu yang siap meledak. Sean salah langkah, bumerang itu siap menghancurkannya kapanpun. Farrel benar, kebencian publik pada nama Brahmasta memang sudah sedikit berkurang, tapi orang-orang yang namanya berusaha ia hancurkan, kini menargetkannya untuk membalas dendam.

Reversed ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang