Chapter 38: The Plan

574 56 22
                                    

Sean mempelajari satu hal dari pelarian keluarga Damarputra ke Swiss namun tetap mampu mempertahankan beberapa aset padahal nama keluarga beserta milyaran uangnya sudah jatuh di negeri sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sean mempelajari satu hal dari pelarian keluarga Damarputra ke Swiss namun tetap mampu mempertahankan beberapa aset padahal nama keluarga beserta milyaran uangnya sudah jatuh di negeri sendiri.

Bank di sana memiliki keamanan yang ekstra ketat, dengan tingkat keamanan inilah uang yang Damarputra miliki tidak diganggu gugat oleh negara. Tax amnesty negerinya saja sangat sulit menjangkau penyimpanan mereka.

Iya Damarputra, keluarga Yonaviar Airlangga.

Lelaki itu menarik tangannya dan menautkan ke belakang kepala, kepalanya bersandar hingga dan ia terpejam sejenak. Sean memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Terutama soal revolusi dan pemberontakan.

Semua suara rakyat kini nyaris 60% menyatakan mosi tidak percaya kepada pemerintahan. 20% lagi menyatakan netral dan sisanya masih percaya. Dengan keadaan yang terus menerus seperti ini, bukan tidak mungkin keluarganya akan tetap dihancurkan, cepat atau lambat.

Lalu lelaki itu memikirkan tentang Eyangnya, Papanya, serta Paman dan sepupunya yang lain, tidak mungkin mereka semua tidak menyiapkan rencana cadangan kalau saja pemberontakan di negerinya benar-benar terjadi. Mereka semua setidaknya sudah mengirim aset penting ke bank-bank luar negeri dan menyimpan kekayaan mereka sendiri tanpa oranglain tahu.

Pun sama halnya dengan para pejabat lain.

Kalau tahu akan kerampokan, logika mereka pasti seratus persen akan menyelamatkan hartanya ke tempat aman.

Suara ketukan pintu di ruang kerjanya yang baru--Gedung Kementrian Sosial, membuat Sean mengalihkan pandangannnya. "Masuk."

Sari, sekertarisnya menunduk dan menyerahkan beberapa kegiatannya pada hari ini, hari ke delapan ia menjabat sebagai menteri. "Hari ini ada rapat kriteria standar rehabilitasi nasional, Pak, diikuti dengan konferensi dengan Pak Sekjen untuk membahas mengenai Jaring pengamanan sosial terkait vandalisme dan kekerasan masif yang meningkat di negara kita Pak. Bapak Menteri pertahanan, Pak Rizky juga akan menghadiri konfrensi tersebut."

Sean menganggukan kepalanya dan berdiri, mengambil Jas hitam yang tersampir di kursinya dan tak lupa pula berterimakasih.

"Sari..."panggilnya pelan.

"Tolong inventarisasikan daftar kekayaan bersih saya, lalu laporkan ke perpajakan. Kemudian..." Sean kembali menghadap sekertarisnya. "hubungi beberapa private bank yang ada di Switzerland, seperti UBS dan CSG, ajukan pembukaan rekening atas nama istri saya. Buat persentase keuangan saya yang bisa dicairkan, kemudian masukan masing-masing dengan jumlah persentase sama besar dari aset saya itu ke sana."

Sekertarisnya itu menganggukan kepala dan mencatat segala hal yang Sean ucapkan di iPad yang ia genggam.

"Dan saya butuh progress untuk itu secepatnya."

"Baik Pak Sean."

Sean tersenyum puas, kini dirinya berjalan menuju Gedung II Arsip Kementrian Sosial untuk rapat yang akan dimulainya pada pukul sepuluh pagi. Sementara itu ponselnya bergetar. Lagi, ada senyum di bibir Sean kala melihatnya. Pesan dari Kalandra.

Reversed ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang