Chapter 45: Anecdote

609 75 9
                                    

Serangkaian penjelasan Sara teramat menyayat hati Gama sekaligus membuat lelaki itu menyelesaikan kepingan puzzle yang berada di otaknya sejak berminggu-minggu lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Serangkaian penjelasan Sara teramat menyayat hati Gama sekaligus membuat lelaki itu menyelesaikan kepingan puzzle yang berada di otaknya sejak berminggu-minggu lalu. Sofa ArianeSké berwarna hijau tua itu bahkan tak mampu membuat Gama merasa nyaman di tempatnya. Televisi sedang menyala dengan volume keras seharusnya mampu menjadi distraksi bagi pikiran Gama yang memang sudah kacau, kehilangan fungsinya.

Perempuan dengan tinggi 158 cm dan rambut sebahu itu mengunci dirinya sendiri menatap jendela balkon yang menampilkan pohon rindang yang asri di depan matanya. Perempuan yang menemani Gama ketika berkuliah dulu, hanya sampai sebulan yang lalu ini begitu rumit dan tak dikenali olehnya. Sara menyimpan rahasia kelam keluarganya dan memilih kabur begitu saja ke Belanda karena hamil anaknya, namun sekarang anaknya diaborsi dengan mudahnya? setelah semua hal terlibat dalam hubungan mereka, Sara setega itu membunuh darah dagingnya sendiri dengan alasan, depresi berat?

Lucu.

Gama ingin bersimpati, tapi rasanya begitu sulit memberi rasa kasihan pada manusia yang tak jujur sejak awal atas apa yang menimpanya. Parah memang, dua perempuan di sekitarnya, yang paling dekat dengannya, sama-sama memendam banyak hal yang membuat muak. Apa semua perempuan begini? Bersikap sok kuat padahal aslinya hancur lebur di dalam, dan ujungnya bertindak begitu impulsif sampai-sampai tak bisa menimbang keputusan yang tepat.

Berita yang muncul di televisi terkait MLB Games Eropa yang akan diadakan di Belanda sebentar lagi tak membuat Gama menoleh sedikitpun pada layar yang sedang mencari perhatian itu. Biasanya, kalau soal olahraga begini, dia paling ingin memantengi beritanya sampai habis.

Wajah Gama tampak ripuh, ia menggeleng dan berniat pergi, mengambil jaket yang tersampir di sofa.

"Seenggaknya aku lega udah cerita sama kamu, Gama."

Gama mendesis. Persetan dengan kelegaan Sara, manusia yang tega membunuh calon anaknya itu tanpa meninggalkan Gama sebuah clue untuk bertanggungjawab atas apa yang diperbuatnya. Gama mengerti perasaan Sean kala itu, ketika kakak perempuannya kehilangan calon jabang bayi dalam keadaan suaminya yang tak tahu menahu bahwa istrinya hamil.

Gama sangat amat mengerti perasaan lelaki Brahmasta itu sekarang.

"Gue tetep belum bisa ya nerima alasan lo, apapun." Gama mendelik. Tangannya mengepal kuat agar tak merusak barang apapun di tempat tinggal Sara. "Secinta-cintanya gue sama Lo, Sar, gue nggak akan ngebuang akal gue untuk maafin lo."

Sara tersenyum kecut. Matanya yang tadi fokus pada pohon besar, kini beralih pada Gama yang sudah bersiap keluar, menenteng jaket. "Gapapa, emang kesalahanku fatal dan nggak bisa diterima..."

Mendengkus, Gama membalikan tubuhnya dan menatap Sara dengan serius. Betapa palsunya perempuan yang Gama anggap begitu lemah ini. Perempuan yang menukar informasi pribadi mengenai keponakannya dengan berita kebebasan Surya Brahmasta. "Iya, emang. Lo harus tahu Sar, Kakak gue pingsan dikejar wartawan dan diopname selama beberapa hari karena ulah sialan lo itu."

Reversed ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang