[Sequel of Antistrafei]
Disarankan membaca Antistrafei terlebih dahulu
"Katanya, kalau kamu jatuh cinta dengan dua orang secara bersamaan, maka pilihlah yang terakhir, karena kalau kamu benar-benar mencintai yang pertama, kamu tidak akan berpaling k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kalandra yang tadinya girang bukan main harus menahan kecewa, keterkejutan dan kesedihan yang luar biasa dalam akibat hal yang barusan terjadi dan di luar kendali manusia. Reira bangun. Tapi kalimat pertama yang dikeluarkan perempuan itu adalah sebuah pertanyaan yang membuat dirinya mengernyit bingung, "Who are you?"
Kepala Kalandra pusing, perempuan Brahmasta yang banyak omong dan aneh itu benar-benar tak ingat apapun.
Ini hari ke 29 sejak kecelakaan Reira dan tidak ada satu detikpun waktu yang Kalandra gunakan untuk pergi jauh dari perempuan yang tadinya divonis koma itu, paling jauh ke cafetaria rumah sakit besar di daerah Basel ini atau apartemen kecil yang jaraknya tidak sampai sepuluh meter dari rumah sakit. Kalandra hanya berharap perempuan itu lekas membuka matanya yang terpejam dan memerintah dia dengan seenaknya. Kalandra bahkan bersumpah untuk tidak lagi memprotes tindakan aneh yang nyeleweng dari perempuan Brahmasta yang satu itu.
Si Brahmasta itu memang terbangun, Namun yang ia dapati hari ini adalah keadaan dimana Reira tak mengingat dirinya.
Kalandra menggosokan kedua telapak tangannya. Meski di lorong rumah sakit begitu hangat dan nyaman hingga perawat tua yang tidak memiliki satu helai rambut di kepalanya itu bisa tertidur pulas di kursi tunggu karena terbiasa, Kalandra tetap merasa bahwa salju di negara ini menusuk kulitnya, ngilu sampai ke tulang.
Penjelasan singkat dokter yang untungnya berbahasa inggris itu membuat Kalandra takut untuk masuk kembali ke ruang rawat. Ruangan yang menjadi kamar Reira setelah dipindahkan dari bangsal ICU. Cidera otak yang parah mengakibatkan Reira mengalami Amnesia Retrograde. Dokter belum dapat memastikan apakah itu sementara atau sifatnya justru permanen, yang jelas Reira hanya mengingat bahwa dirinya Reira Brahmasta, gadis yang terbuang dan ingatannya terhenti saat dirinya menaiki kapal feri untuk berangkat menjauhi pusat kota, dirinya bahkan tidak tahu berapa umurnya sekarang. Kalau Kalandra tidak salah ingat, Reira pernah bercerita, sebelum diselamatkan keluarga Sean, perempuan itu pernah ingin diasingkan di pulau terpencil di perairan lepas dan itu terjadi ketika usianya menginjak 15 tahun. Oke, 15 tahun lalu. Tadinya, Kalandra memang begitu kecewa berat, namun kalau dipikir dengan baik oleh akal sehatnya, bukankah hal ini cukup bagus?
Walau tak ingat dirinya, namun Reira tak ingat pula dengan Yonaviar Airlangga, kan? dia tak ingat apapun perlakuan keluarga Brahmasta, dia tak ingat kalau dirinya pernah membunuh oranglain.
Seharusnya Kalandra senang.
Kenop pintu itu diputarnya, perlahan, Kalandra masuk ke dalam kamar dimana Reira yang menoleh ke arah jendela yang terbuka lebar dimana malam baru saja menjelang di tengah hujan salju ringan, menoleh ke arahnya dengan susah payah. Velcro Cervical collar yang berada di lehernya membuat wajah kecil Reira selayaknya tenggelam. "Jadi aku umur 30 tahun, ya?"
"Ya."
"Dan kamu..." Reira menggeliat, menyamankan posisi tidurnya. "Dan kamu siapa?"
Kalandra berjalan mendekat, ia mengulurkan tangan lalu tersenyum. "Kalandra Setiabumi, your personal..." Memikirkan kata yang tepat untuk diutarakan, Kalandra mengangguk mantap. "Bodyguard."