Chapter 9: The Fear

887 83 12
                                    

"Saya balik dulu ya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya balik dulu ya?"

Farrel tampak membenahi celananya yang kehilangan kerapiannya usai duduk terlalu lama.

Yang dipamiti masih sibuk dengan berlembar-lembar dokumen yang harus dibaca dan ditandatanganinya.

"Sean Brahmasta, kamu jadi tuli ya sekarang?"

Sean terkekeh kecil dengan mengangkat kedua alisnya. "Silahkan, Rel."

Lelaki bernama Farrel berkacak pinggang, ia melihat rekannya itu tampak kelelahan akibat meninjau beberapa ranting cabang partai di sekitaran ibu kota dari kemarin, dan sekarang harus berjibaku dengan berbagai urusan surat-menyurat yang membosankan.

Lalu, juga harus mengurus berbagai renovasi bangunan-bangunan akibat bentrok yang terjadi empat hari lalu. Gedung-gedung partai merekalah yang paling banyak dirusak.

"Kabar istri kamu baik? Saya lupa bertanya soal keluarga kamu tadi, saking sibuknya bicara soal keuangan yang masuk."

Mendengar pertanyaan Farrel menyoalkan Dara, istrinya, membuat Sean langsung berhenti membaca selembar surat yang bertuan pada anggota dewan yang berasal dari partainya dan menyunggingkan senyum lebar.

"She's doing good."

"Minggu depan, kalian jadi pergi ke Jepang?"

Sean mengangguk, rencana babymoon untuk Dara harus ia jadikan. Salah satu penyesalan Sean beberapa tahun lalu adalah tidak sempat mengajak istrinya jalan-jalan saat kehamilan dia sebelumnya. Sean ingin melihat Dara terhibur setidaknya sesekali. Keadaan dalam hubungan mereka harus diperbaiki.

"Anak-anak? Kudengar Sera mau ikut lomba balet? Istriku cerita."

Sean tersenyum hangat dan mengangguk. "Ah ya, dua bulan lagi."

"Emm.. Yonaviar?" Farrel masih bergidik ngeri saat menyebut nama anak Sean yang itu. Dirinya sangsi sendiri karena mempertanyakan alasan Sean memakai nama selingkuhan sang istri untuk nama ananknya.

"Dia sedang mempelajari catur, tertarik dengan tounge twister, dan diajari istri saya dua bahasa," tutur Sean bangga.

Dengan ucapan Sean barusan, Farrel langsung melongo. "Hah? Catur? Dia masih lima tahun kan?"

Sean mengangguk. "Semenjak dokter bilang, dia nggak boleh terlalu lelah dalam aktifitas fisik, istri saya mati-matian mencari minat lain dari Yonaviar selain sepak bola. Dan anak saya tampak tertarik dengan hal-hal akademisi juga."

Dengan penjelasan Sean, Farrel memanggutkan kepala. "Oh well... Kamu pasti bangga sekali ya? Tidak heran sih kalau anak kamu jenius, kudengar Dara itu peraih beasiswa sejak zaman sekolah, ibunya pintar. Ah jangan lupakan soal warisan gen dari kamu, si jenius Brahmasta. Sekali lagi, itu nggak mengherankan kalau anak-anak kamu tumbuh jadi bibit unggul."

Mendengar pujian yang Farrel katakan, Sean terpaksa menarik kedua sudut bibirnya lagi sebab ia merasa tak pantas diberikan penghargaan atas pencapaian anak-anaknya, karena keduanya bukan berasal dari dirinya.

Reversed ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang