Chapter 52: Here's Your Perfect (Final Chapter)

1.4K 103 43
                                    

I'm the first to say that I'm not perfect

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I'm the first to say that I'm not perfect

And you're the first to say you want the best thing. But now I know a perfect way to let you go. Give my last hello, hope it's worth it. Here's your perfect

-

Sama sekali tidak menyenangkan menjadi istri dari seseorang yang terjerat hukum. Dara melihat banyak coretan di tembok yang memagari rumahnya sering ditulisi makian dan setiap pagi Gama selau rajin mengecat ulang tembok itu hingga Dara tak perlu melihatnya ketika ia keluar rumah. Bisikan liar selalu ada setiap kali ia melangkahkan kaki kemanapun. Meski banyak orang menyalurkan simpati kepadanya, Dara dapat melihat semua komentar di internet, kebanyakan dari mereka masih mendukung suaminya karena dengan langkah berani menjatuhkan diri sendiri demi menegakkan keadilan, karena Sean pula, keadaan demo besar itu cepat padam.

Dara pun akan selalu percaya bahwa Sean adalah manusia yang mengorbankan hidupnya itu tak pantas mendapat kebencian dari orang-orang. Suaminya melakukan kejahatan memang, tapi dia berusaha mempertanggungjawabkan kesalahannya. Bahkan Sean Brahmasta, suaminya itu, sama sekali tak menyanggah apa yang dituduhkan kepadanya, Sean juga melarang pengacaranya terlalu fokus meringankan tuntutan kurungan untuknya saat pembacaan nota keringanan di persidangan lalu. Enam puluh hari sudah kasus berjalan, dan ada tiga jenis tuntutan yang menjerat suaminya, pencemaran nama baik, penyalahgunaan kekuasaan dan melancarkan usaha tindak pidana korupsi keluarganya.

Dan selama enampuluh hari itu, Sean menolak bertemu dengan istrinya di setiap kunjungan.

Arka menangis lagi di gendongan ibunya, ini pukul sembilan pagi dan Dara sudah berada di perjalanan menuju kantor pengadilan negeri Kamandaka Pusat. Hari ini adalah persidangan terakhir suaminya di pengadilan. Hanya di kesempatan ini, seorang Clariana Andara melihat wajah suaminya.

Peradilan untuk Brahmasta tergolong lumayan cepat, seluruh negeri memantau kasus mereka sebagai pintu pembuka kasus-kasus baru lainnya yang mulai terungkap. Kemarin Ayah mertua Dara dituntut seumur hidup namun hakim menjatuhkan vonis hukuman selama lima belas tahun penjara, sedangkan kakek suaminya dihukum dengan hukuman mati.

"Ra," seseorang mengetuk kaca mobil. Dara membuka pintu dan langsung mendapat pelukan hangat dari Ibu Sean. Perempuan itu terlihat lebih tua daripada beberapa bulan lalu, guratan, kantung mata, wajah yang penuh sedih dan cemas masuk jadi satu bingkai. Ibu mana yang sanggup menerima kenyataan bahwa anaknya menjadi pesakitan yang akan dihukum karena keserakahan yang berasal dari keluarganya sendiri. "Mama..." Dara membalas pelukan itu dengan satu tangan sedang tangan lainnya masih menggendong si bungsu yang baru saja selesai menangis usai menyusu.

"Kak, jam berapa dimulainya?" tanya Gama dari bangku depan. Kalandra di kursi kemudi juga ikut menyimak.

"Setengah sepuluh." Dara menjawab lalu beralih lagi pada ibu mertuanya. "Udah boleh masuk belum ya Ma?" tanya Dara pelan.

Reversed ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang