Chapter 13: A Dog

672 78 10
                                    

Selalu ada pemeran antagonis dalan cerita kehidupan manusia, orang-orang yang tidak sejalan dan menentang jalan cerita tentulah mampu dipadankan dengan si antagonis yang menyiksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selalu ada pemeran antagonis dalan cerita kehidupan manusia, orang-orang yang tidak sejalan dan menentang jalan cerita tentulah mampu dipadankan dengan si antagonis yang menyiksa.

Sejahat apapun, hidup pasti punya pemeran antagonisnya sendiri. Reira mengakui bahwa dia pendosa, membunuh banyak orang karena cinta memang dikategorikan sebagai obsesi gila belaka. Tapi dia tahu, bahwa wanita-wanita itu adalah antagonis dalam hidupnya, dan ia maklum jika dirinya masuk neraka karena tidak pernah menyesal menghilangkan nyawa mereka.

Hatinya beku, bahkan untuk sekedar menyesali segala hal yang ia perbuat.

Reira dibesarkan di kandang manusia buas. Setiap hari harus memoles diri agar dianggap pantas. Namun sayang, mereka hanya menganggapnya sebagai anjing liar. Padahal ia telah menghalalkan segala cara agar bisa mensejajarkan rupa, hanya saja, terkadang, usaha tak cukup kuat mengalahkan kasta.

Dulu, semasa mudanya, Reira punya satu orang yang selalu mendukung-di luar sepupunya Sean, ialah lelaki berwajah androgini mata rubah yang kegemarannya bercanda. Kata-katanya agak kasar tapi langsung tepat sasaran. Ucapannya tak pernah menjadi bualan.

Namanya Yonaviar.

Laki-laki itu memberinya bahu sandaran, si anak terbuang yang menyedihkan punya banyak teman karena ada dia.

Mulai Leo hingga seluruh jajaran teman Yonaviar, adalah temannya.

Namun apa yang Reira miliki harus menghilang, ia menggadai kepercayaan Yonaviar dengan iming-iming 'hubungan darah lebih kental dari apapun' nyatanya, usai mengkhianati lelaki itu, dirinya tetap orang buangan yang terpinggirkan. Diasingkan di vila, jauh dari pusat kota, dan dibiarkan menanggung rasa bersalah sendirian.

Mimpi buruk terjadi lagi saat Yonaviar menolaknya, seluruh teman-teman meninggalkannya, dan ia harus berusaha hidup tanpa kenal ketulusan lagi, selamanya.

"Lain kali, nggak usah ngide!" Bentak Kalandra lagi, usai mengganti bajunya yang basah.

"Gue cuma pengen berenang."

"Lo nggak bisa berenang tapi!" Serunya berang. Sorot matanya penuh amarah, tapi Kalandra terlihat khawatir juga. "Seenggaknya kalau lo mau mati, jangan pas gue lagi kerja. Gue nggak mau dituduh melalaikan tugas. Jangan nyusahin gue!" tukas lelaki itu lagi. Ucapannya dibalas kekehan oleh Reira.

Tadi Kalandra menolongnya yang nyaris tenggelam di kolam renang sedalam dua meter. Lelaki mata elang  menyelamatkannya, karena dirinya berkewajiban menjaga gadis itu.

Reira jadi ingat, dulu Yonaviar juga pernah menyelamatkan dirinya yang nyaris tenggelam dan terhanyut di derasnya air sungai saat mereka berkemah di bukit dekat lembah. Sebagai ganjaran perbuatan baik Yonaviar padanya, lelaki itu malah diberikan Tuhan musibah. Adik Yonaviar meninggal karena Yonaviar memutuskan untuk menyelamatkannya lebih dulu. Kadang Tuhan lucu, orang sebaik Yonaviar diizinkan bertemu dengan seorang Reira yang mampu membawa bencana dan kehancuran. Reira jadi bertanya-tanya, mungkinkah ia dibuang karena dirinya akan menjadi sebab kehancuran? Menjadi anak Hanif Brahmasta dari rahim yang bukan istri sahnya, akan mebimbulkan masalah besar, maka dari itu, ia diasingkan.

Reversed ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang