Chapter 46: Burn and Rebuild the Bridge

680 73 23
                                    

Dua hari setelah kepulangan Gama, Dara tak lagi melihat sorot bersemangat dari mata adiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua hari setelah kepulangan Gama, Dara tak lagi melihat sorot bersemangat dari mata adiknya. Empat kali Gama terpergok sedang melamun di balkon. Makanan kesukaan Gama seperti salmon pan seared juga tak habis disantapnya.

Sempat lost contact berminggu-minggu membuat Dara panik hingga di hari kepulangannya, dia justru marah pada adik lelakinya itu. Pergi saja buat khawatir, ini lagi tidak berkabar.

Malam sudah menjelang di saat Dara selesai memberikan dongeng singkat pada anak-anaknya dan Sean belum pulang, ada rapat untuk payung pengamanan seluruh negeri ketika ada demo besar yang akan diperkirakan rusuh dan ricuh satu setengah bulan dari hari ini. Dara mengambil satu kaleng bir dari kulkas dan bergegas pergi menemui adiknya di kamar tamu, pintu yang terbuka membuatnya lebih leluasa mengintip sebentar.

Gama di sana, merokok. Hal yang sangat jarang terjadi mulai menjadi kebiasaan lagi untuk adik kandung Dara itu.

Celana longgar, rambut acak-acakan dan dalam keadaan basah, dan asap yang mengepul di udara, seorang Gama tak menoleh bahkan ketika ketukan kecil dan kerit mintu seharusnya terdengar ditelinganya. Lelaki itu masih melamun, dengan pikiran yang tak ubahnya sama berkabut seperti asap rokoknya itu.

"Gam.."

Rupanya Gama belum menyerah dengan diamnya. Dara mengedarkan pandangan, celana jeans kotor berserakan dimana-mana, bungkus keripik singkong yang ternyata ada isinya berada di lantai. Tempat sampah dengan kalengan bir semua nyaris penuh, koper yang kehilangan wibawanya karena berada di lantai dengan kedua sisi terbuka dan baju mencuat sana-sini. Tiga potong kaos kesayangan Gama ada di sekitar tas laundry namun nampaknya secara asal dilempar dan tak masuk sempurna ke dalamnya. Dara memunguti semua baju yang ada  di lantai dan menaruhnya di tempat yang seharusnya, lalu menghampiri Gama di balkon kamar dengan pintu terbuka. Udara malam ketika habis hujan kali ini sungguh menusuk, Dara sampai harus mengeratkan kardigan yang ia kenakan.

"Hey..."

Ketika tangan Dara menepuk bahunya, Gama memekik pelan, "Shit!"

"Sorry, aku ngagetin ya?" tanya Dara, menyerahkan kaleng bir dari tangannya.

Gama terdiam lagi, tanpa menoleh ia menerima kalengan itu dan membukanya. Dalam beberapa detik, isi dari bir sudah tandas tak bersisa.

"Kamu kenapa deh? mau cerita? something bad happened ya, waktu ke Belanda?"

Dara mengusap punggung adiknya, memberikan sedikit afeksi nyaman. Gama masih sama, dengan pandangan kosongnya, hanya menatap pepohonan.

"Gama? cerita dong? barangkali Kakak bisa bantuin kam--"

"Nggak, lo nggak bisa!" potong Gama cepat, tangannya meremas sekaleng bir dari genggaman dan menggeleng.

Dara tidak menyerah, ia masih mau mendesak Gama agar bicara, kalaupun tak bisa memberi solusi, setidaknya Gama bisa menceritakan bebannya itu. "Gam, kenapasih? kamu nih akhir-akhir ini aneh banget? makanan nggak pernah abis, kebanyakan ngelamun. Whats wrong?" tanya Dara lagi, dengan lembut dan penuh kesabaran.

Reversed ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang