30. You Shouldn't Know

1K 148 14
                                    

Met Baca

*
*
*
*

Sebuah cafe bertema vintage  berdiri kokoh diseberang jalan didepan Lucy.

Lucy menatap ragu kearah depannya, apakah benar ini tempat yang dijanjikan? Tapi Lucy sudah mengikuti jalur sesuai dengan lokasi yang diberikan.

Sungguh saat sudah sampai disini dan tinggal menemuinya, Lucy malah merasa tidak ingin menemui. Lucy hanya bisa berdiri terpaku pada tempatnya tanpa berniat untuk masuk ke dalam atau sejenisnya.

"Hey gadis kecil!" seru seseorang dari belakang tubuh Lucy. Lucy yang baru saja berniat untuk meninggalkan tempat itu dan mengganti pertemuannya dilain hari saat dirinya siap, pun merasa terpanggil untuk menoleh ke belakang.

Seorang pria yang sudah sedikit familiar dimata Lucy berjalan mendekat diikuti oleh seorang pria lainya yang memiliki tubuh yang besar.

Pria itu, pria yang pernah Lucy temui di supermarket dan mengajak Lucy bertemu sekarang tampak tersenyum lebar dengan pandangan mata menghunus kearah Lucy.

"Kau sudah datang sedari tadi? Oh! Sepertinya kau ingin pergi?" ucap pria itu yang Lucy kenal sebagai tuan Lee atau appa Lee dengan tampangnya berubah meredup dan merasa sedih diakhir.

Lucy yang merasa bersalah pun meredupkan matanya. "Maaf tuan, maksud saya bukan seperti itu," lirih Lucy mencoba untuk menjelaskan.

"Ah, kau akan beranjak pergi pasti karena sudah terlalu lama menunggu diluar. Kalau begitu ayo masuk saja ke dalam cafe itu saja," tuan Lee itu mencoba untuk mengalihkan pembicaraan dan mengajak Lucy untuk masuk ke dalam cafe disebrang sana.

Karena sudah berada disini dan bertemu dengan orang yang memang menjadi tujuannya untuk datang kesini. Mau tak mau Lucy pun mengikuti langkah tuan Lee didepanya.

~

Konsep vintage industrialis, itulah konsep yang diusung oleh cafe ini. Dimana dinding dalam cafe yang menggunakan batu bata ekspos dengan atap yang tinggi.

Furniture yang digunakan seperti meja, kursi, meja untuk memesan sekaligus tempat meracik kopi dan sebagian besar terbuat dari kayu.

Ditambah mural yang terlukis di sebuah dinding utama yang menggambarkan proses pembuatan kopi dengan warna cream, coklat, abu-abu, dan kuning. Menambahkan kesan unik dari cafe ini.

"Ekhem!" Tuan Lee berdehem kecil untuk menarik perhatian Lucy yang sedari tadi menunduk seraya memainkan jarinya dan tak menyentuh makanan atau minuman diatas meja sekalipun. Sekaligus untuk memulai pembicaraan.

Deheman itu pun berhasil membuat Lucy mendongak dan memperhatikan tuan Lee yang kini sedang membenarkan duduknya.

"Gadis kecil, sebelumnya aku mengucapkan bela sungkawa atas kematian orang tua mu. Jujur saja aku terkejut juga sedih saat mengetahui hal itu," ucap tuan Lee dengan mata yang sendu seraya menatap Lucy. "Dan aku lebih sedih lagi saat kematian mereka terdengar tidak wajar," sambungnya dengan suara yang mengecil.

Lucy sendiri tak memberikan reaksi berarti. Dia hanya mendengarkan dalam diam dengan kepala yang dipenuhi oleh berbagai pertanyaan.

Walau hatinya sedikit merasa sensitif saat mendengar tentang kematian orang tuanya, Lucy tetap diam memikirkan pertanyaan mana yang lebih penting untuk ditanyakan.

Seolah ada sebuah bohlam yang menyala dikepalanya, Lucy bergerak untuk memperbaiki duduknya. Lucy berusaha untuk mengutarakan satu diantara ribuan pertanyaan yang bergelantung manja dikepalanya.

"Tuan, tanpa mengurangi rasa hormat saya ingin bertanya. Apa benar dulu anda dekat dan mengenal baik orang tua ku?" tanya Lucy sopan dengan tatapan sedikit ragu yang terpancar jelas dari bola matanya.

Shit! Psycho!  [YeonJi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang