41. Space For Me

914 143 8
                                    

Met Baca

*
*
*
*

Terlarut dalam pemikirannya yang bertanya-tanya, membuat Lucy melamun dan tak menyadari keadaan sekitarnya. Bahkan pintu terbuka dan Daniel yang berdiri di depannya pun tidak Lucy sadari.

"Tidur mu tidak nyenyak?" Lucy tersentak ditempatnya mendengar suara berat Daniel yang melontarkan pertanyaan padanya.

Daniel berjalan mendekat hendak duduk disamping Lucy, tapi matanya tidak salah liat kan jika gadis yang beberapa saat lalu menempel padanya itu tampak menggeser duduknya?

Sempat tampak kerutan tipis didahi Daniel saat melihat wajah tegang Lucy, padahal beberapa hari ini gadis itu sering kali menyambut kedatanganya dengan riang bahkan pernah berlari dari kejauhan sampai menabrakkan tubuhnya dan memeluk erat Daniel seolah tak bertemu selama puluhan tahun.

Lucy sendiri merasa heran pada dirinya. Tadi kan sudah berjanji untuk bersikap biasa saja, kenapa sekarang malah berusaha menjaga jarak.

Maka untuk menutupi fakta maka harus dibumbui dengan sedikit kebohongan, ntah itu membohongi perasaanya sendiri. Lucy berusaha memasang senyum saat Daniel mendaratkan bokong tepat disampinya.

"Tidur mu tidak nyenyak?" Daniel mengulang kembali pertanyaannya.

Lucy menggeleng pelan. "Tidak, tidak, aku tidur dengan nyanyak. Kamarnya sangat nyaman, kasurnya empuk dan selimutnya hangat,"

"Begitu? Tapi kenapa kau bangun dengan cepat?" heran Daniel. Dia merasa tak begitu lama pergi, mungkin hanya sekitar 30 menit.

"Tidak tau, hanya terbangun begitu saja," Lucy mengedikkan bahunya dan memasang wajah polos.

Ingatan Daniel terlempar pada beberapa waktu lalu saat dia menidurkan Lucy diatas kasur dan gadis itu tampak terusik dalam tidurnya akan sesuatu dalam buaian mimpi.

Daniel mengamit dagu Lucy agar menatap matanya, karena sedari tadi Lucy tampak menghindari kontak mata denganya. "Apa kau mimpi buruk?" tanya Daniel setelah berhasil membuat mata jelalatan itu menatapnya, yah walau tak tetap karena bola mata itu masih bergerak gusar menghindari tatapannya.

Lucy menggeleng kemudian melepaskan tangan kanan Daniel yang dalam ingatannya tadi memegang sebuah pisau berlumuran darah, hal itu membawa sensasi merinding membuat bulu romanya berdiri.

"Tidak, tidak ada satupun mimpi yang ku ingat saat tidur tadi," ujar Lucy, karena mimpi buruk yang sesungguhnya adalah melihat dengan matanya sendiri jika lelaki didepanya.. aish! Sudah lah Lucy tidak ingin mengingatnya lagi.

"Baik, kita pulang,"

Daniel beranjak berdiri. Lucy yang masih terduduk harus mendongakkan kepalanya untuk melihat lelaki itu. Lantas Lucy terkejut saat sebuah tangan berada didepannya.

Itu tangan kiri Daniel, tapi ntah kenapa bayangan pisau penuh darah yang menetes membuat Lucy harus mengerjapkan matanya dua kali guna menenangkan dan meyakinkan dirinya sendiri.

Lucy berusaha menghilangkan bayangan buruk yang terekam dalam kepalanya tentang pretumpahan darah yang ada di ruangan itu. Dia pun meraih tangan Daniel dan bangkit lalu mengikuti setiap langkah Daniel yang mengajaknya pulang.

~~

Selama perjalanan hanya dipenuhi oleh kesunyian, bahkan setelah melewati gerbang besar rumah mereka pun mereka masih saling bungkam.

Mobil berhenti tepat didepan pintu utama rumah, tapi Daniel masih diam menunggu sesuatu yang mungkin ingin Lucy sampaikan.

Sebenarnya Daniel pun merasa terheran sepanjang perjalanan, tidak biasanya si cerewet Lucy itu hanya bungkam. Sedangkan dalam angan Lucy sendiri, gadis itu masih dihantui oleh ruang temaram yang menyeramkan juga bercak darah yang berceceran.

Shit! Psycho!  [YeonJi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang